Secangkir Cokelat Panas (Part 4)

--Scene 10-- Setahun Mengenalmu

Hari ini hari minggu. Tapi hapeku berdering pagi-pagi sekali. Terpaksa aku membuka mataku yang masih berat mengantuk. Kulihat incoming call, Tommy. Kulirik weker, jam 3 pagi.
"Halo", suaraku parau.
"Hai Sha. Kamu udah bangun?".
"Menurut kamu, kalo aku masih tidur, trus siapa yang ngangkat telepon?", jawabku sekenanya.
"Hahahaha. Iya aku ngaku salah udah nelepon kamu pagi buta".
"Ada apa Tom?", tanyaku.
"Kita ke pantai yuk".
"Hah? Pantai? Hari ini? Jam berapa?"
"Sekarang".
"Sekarang? Kamu ngigau ya?".
"Nggak. Udah buruan siap-siap ya. Kutunggu".
"Nunggu di mana?".
"Di depan pintu apartemen kamu".
Tommy menutup telepon. Aku keluar dari kamarku dan mengintip dari lubang pintu. Ternyata benar. Tommy di depan pintu.

Aku langsung menuju kamar mandi. Cuci muka dan gosok gigi. Aku menarik celana pendek warna kopi susu dan kaus lengan pendek berwarna pink. Aku pun meraih tasku dan memakai sepatu teplek pink.

Kubuka pintu apartemenku. Tommy tersenyum melihatku.
"Kilat juga ya siap-siapnya", kata Tommy sambil merapihkan rambutku.
Astaga aku lupa menyisir rambut.
"Aku suka kalo rambut kamu berantakan gini. You look sexier", Tommy berbisik sambil mengerlingkan matanya. Ia pun menggandengku.

"Kamu dapet ide dari mana ke pantai jam segini?", tanyaku di perjalanan.
"Aku mau nunjukin sesuatu sama kamu".

Setibanya kami di pantai, kulirik jam tanganku. Masih jam empat pagi. Bulan masih menghias langit malu-malu. Tommy membuka bagasi dan mengambil keranjang piknik. Ia pun menggandengku ke hamparan pasir di bibir pantai. Tommy mengeluarkan kain yang digunakan sebagai alas kami duduk. Ia juga mengeluarkan dua tumbler. Satu tumbler disorongkannya untukku.

"Ini biar kamu nggak kedinginan karena aku ajak ke pantai jam segini. Khusus aku buat sendiri".
Kuteguk isi tumblerku. Hmm..cokelat panas.
"Kamu nggak bawa cemilannya sekalian Tom?", tanyaku jahil.
"Hahahaha kamu lapar ya? Tau gitu tadi aku masakin mie goreng".
"Nggak sih, cuma iseng aja. Dalam rangka apa kamu ngajak aku ke sini?".
"Kamu pernah bilang kalo kamu suka sunrise. Makanya aku bawa kamu ke sini biar kita bisa lihat sunrise sama-sama".
Ternyata Tommy selalu ingat setiap detil perkataanku.
"Dan lagi, supaya sunrise jadi saksi setahun hubungan kita", Tommy melanjutkan kalimatnya.
"Ya ampun iya ya, hari ini tepat setahun kita pacaran. Aku sampe lupa".
"Makanya aku ngingetin kamu".
Kutatap Tommy dalam-dalam. Dalam hati aku memohon pada Tuhan agar aku bisa terus bersamanya. Lelaki yang penuh kejutan yang selalu bisa membuatku tersenyum.
"Sha, terima kasih ya. Terima kasih kamu mengizinkanku mengenalmu. Terima kasih kamu mengizinkanku mengkhawatirkanmu. Terima kasih kamu mengizinkanku mencintaimu dan terima kasih mengizinkanku menikmati sunrise bersamamu".
Mataku berair mendengar Tommy mengatakannya. Ada ketulusan di sana, ditambah suaranya yang bergetar saat mengatakannya. Matahari mulai muncul. Kami menikmatinya sambil menyesap cokelat panas. Tommy pun merangkul pundakku.

Setelah terang, Tommy menggulung kain alas duduk kami. Aku memasukkan tumbler kami ke dalam keranjang piknik. Ada sesuatu yang menarik perhatianku.

"Tom, lenganmu kenapa?", aku menunjuk memar di lengan kanan bagian dalam Tommy.
"Oh ini, bekas kepentok".



--Scene 11-- Tanpa Kabar

Ada yang tak biasa. Aku terbiasa kau sapa tiap pagi lewat pesan singkat atau telepon. Sejak pagi aku tidak melihat notifikasi atas namamu di hapeku. Kutelepon tak diangkat. Kukirimi pesan singkat, tak kau baca. Tommy kamu di mana.

Keesokannya Tommy mengirimiku pesan singkat:
Sha, maaf aku kemarin ga balas telepon dan pesan singkat kamu. Aku bener-bener lagi sibuk. Maafin aku ya Sha. Aku mendadak harus terbang ke Jerman. Ada urusan kantor yang harus segera diselesaikan. Ich liebe dich.

Hmm..sesibuk itukah sampai tidak sempat menjawab telepon bahkan membalas pesan singkatku? Ah tapi ya sudahlah. Lagipula aku punya utang kerjaan yang harus segera kutuntaskan. Besok deadline dan aku harus meeting dengan klien.

Kubalas pesan singkat Tommy:
Aku khawatir kamu kenapa-kenapa karena nggak ada kabar. Tapi kalo kamu baik-baik aja, aku lega. Take care di Jerman. Kamu bisa sekalian pulang kampung dong ya? Salam ya buat Mutti dan Bapak kamu Tom. Ich liebe dich auch.

Mutti adalah kata lain dari Mutter atau mama bahasa Indonesia. Meski puluhan tahun tinggal di Jerman, ayah Tommy tidak mau dipanggil Vatti atau Vater alias papa. Om Sudiro lebih suka dipanggil bapak. Supaya tidak lupa dengan asalnya dari Jawa Timur katanya.

Aku belum pernah bertemu langsung dengan mereka. Tapi beberapa kali aku bertukar kabar melalui telepon atau skype.

Tommy tidak membalas pesan singkatku. Aku lupa menanyakan sampai kapan dia di Jerman.



--Scene 12-- Tommy Kembali

Hai Sha, kamu lagi apa? Makan siang bareng yuk. Aku jemput kamu 10 menit lagi ya. Ich vermisse dich, Schatzie.

Itu isi pesan singkat dari Tommy yang membuatku terkaget-kaget. Dia sudah kembali? Setelah seminggu di Jerman untuk urusan kantor dan hanya mengabariku di awal keberangkatannya, tidak ada kabar apapun darinya. Namun tiba-tiba saja dia mengajakku makan siang lewat pesan singkat. Benar-benar orang aneh. Tapi aku mencintai orang aneh itu. Satu lagi yang selalu membuatku tersenyum. Tommy termasuk orang yang jarang memanggilku dengan panggilan sayang. Romantismenya selalu ditunjukkan dengan perbuatan yang sering membuatku terkejut dan tersentuh. Jadi wajar dong ya kalau aku tersipu tiap dia sebut aku Schatzie atau yang dalam bahasa Indonesianya berarti "sayang". Sebutan Schatzie begitu berharganya karena jarang diucapkan Tommy.

Kubalas pesan singkat Tommy:
Kamu nggak jemput aku pake helikopter dan ngajak aku makan siang di Jerman kan? Kok nggak ngabarin sih kalo udah di Jakarta lagi? Siapa tau aku bisa jemput kamu. Anyway, ok kutunggu di kantor.

10 menit kemudian. Tommy berdiri di depanku. Di lobby bawah. Parfumnya Bvlgari Aqva Pour Homme yang khas selalu membangkitkan gairahku sekaligus membuatku nyaman berada di dekatnya.

"Hai Schatzie, maaf ya aku nggak ngabarin kamu sebelumnya. Aku mau kasih kamu surprise. Kangen banget soalnya", Tommy langsung memberondongku dengan kalimat begitu melihatku.

"Aku juga kangen kamu. Pake banget pula. Tapi kok kamu kurusan sih? Kamu nggak enak makan ya di Jerman? Gara-gara kangen aku".

"Hahahaha masa sih aku kurusan? Ya udah yuk kita langsung pergi makan biar aku gemuk lagi". Tommy menggandengku ke parkiran.

(To be continued)

Comments

Popular Posts