Secangkir Cokelat Panas (Part 13)

--Scene 23-- Kunci Kotak Besi

Setelah melihatnya terbujur kaku di Rumah Sakit, pemakamannya akan menjadi momen paling menyakitkan yang kedua. Aku dipisahkan  dari setengah jiwaku. Setengah jiwa? Ya. Perginya Tommy untuk selama-lamanya bagai merenggut semangatku.

Tadinya kupikir Tommy akan dimakamkan di sini di Frankfurt. Ternyata aku salah. Sesuai permintaannya, Ia akan dimakamkan di Indonesia. Tapi mengapa? Bukankah keluarganya di Jerman?

Aku sedang merapihkan tasku. Memastikan sekali lagi tak ada barang yang ketinggalan. Orangtua Tommy memperlakukanku dengan sangat baik seperti anak sendiri. Mungkin karena mereka tidak punya anak perempuan.

Pintu kamarku diketuk. Kupersilahkan masuk. Ternyata Tante Elza. Matanya masih sembab. Seperti mataku.

"Sha sayang, Tante sangat menyesal pertemuan pertama kita penuh duka. Meski sebelumnya kita sudah beberapa kali bercakap-cakap melalui skype. Tapi percayalah, Tante seperti telah lama mengenalmu dengan baik. Tommy sering menceritakanmu. Tante juga tau perasaanmu hancur saat Tommy meninggalkanmu. Ini ambillah", Tante Elza merogoh kantong celana panjangnya dan mengeluarkan kunci.

"Untuk apa ini Tante?".

"Kamu tau? Kamar yang kamu tempati ini kamar Tommy. Di bawah ranjang ada kotak besi berukuran sedang. Kotak itu untukmu. Dan kunci itu untuk membukanya. Bukalah saat kau siap. Tante bahagia Tommy sempat mengenalmu. Kamu sumber kebahagiaan dan semangat hidupnya".

Tante Elza menangis. Aku pun menghampiri dan memeluknya dan sekali lagi menangis bersamanya.

Setelah Tante Elza keluar, aku termangu. Jadi ini kamar Tommy. Kupandangi sekelilingku. Rapih. Semua barang-barang yang ada tersusun rapih. Khas Tommy.

Aku berjalan mendekati lemari. Baru semalam aku menginap di sini dan kini aku tergoda membuka lemari Tommy. Seperti sudah kuduga. Pakaiannya ditumpuk rapih di rak lemari. Kuambil satu kemejanya dari gantungan. Refleks ku peluk. Sesaat terasa hangat seperti berada dalam dekapan Tommy.

Selesai melihat-lihat isi kamar, aku berbaring di atas kasur Tommy. Aku meringkuk di balik selimut lembut Tommy. Seperti anjing pelacak, aku mengendus sana-sini. Aku menciumi bantal mencari aroma khas yang kusuka. Aroma Tommy. Aku kegirangan karena aroma itu ada di bantal ini. Semalam aku tidak menyadari aroma ini karena terlalu lelah. Lelah karena perjalanan yang jauh dan lelah menangis. Puas menghirup aroma bantal Tommy, aku teringat kotak besi yang diberi tahu Tante Elza.

Benar. Di kolong ranjang ini ada kotak besi ukuran 20x10cm. Kuambil kunci yang tadi kuletakkan di atas meja sebelah ranjang. Kubuka sekarang atau nanti? Kuputuskan nanti saja karena jam yang sudah mepet. Aku akan membantu Tante Elza menyiapkan yang perlu disiapkan. Kami akan segera ke bandara. Membawa Tommy ke peristirahatannya yang terakhir di Indonesia.

(To be Continued)

Comments

Popular Posts