Secangkir Cokelat Panas (Part 15)

--Scene 25-- Kejutan Terakhir

Pesawatku baru saja mendarat di Bandara Soekarno-Hatta. Kuhidupkan hape. Ada 2 missed call dari Mama dan 1 missed call dari Papa. Kutelepon balik Mama. Ternyata Mama dan Papa sudah tiba di tanah air beberapa jam yang lalu dan kini mereka sedang beristirahat di apartemen. Mereka mengatakan akan langsung ke pemakaman nanti. Aku mengabari mereka bahwa Tommy meninggal. Mama terkejut dan menangis saat kukabari berita duka itu. Mama dan Papa sudah pernah bertemu sekali dengan Tommy di Jakarta. Saat itu ada undangan pernikahan anak tanteku.

Kakiku serasa lemas tak kuat menopang tubuh. Kucari kursi sambil menunggu peti jenazah Tommy diserahkan ke keluarga dari bagian kargo. Rommy menghampiriku dan menyodorkan gelas kertas berisi teh manis panas. Aku meminumnya tanpa menunggu lama. Aku hanya meniupnya sebentar. Aku ingin panasnya teh menghapus kepedihan yang kurasakan. Rasa panas menjalar dari tenggorokan hingga ke perutku. Aku meringis karena kepanasan.

"Kamu udah gila ya Sha? Itu kan panas. Kalo melepuh gimana?", Rommy terheran-heran melihatku. Aku hanya senyum sedikit menanggapi kalimat Rommy.

Peti jenazah sudah dimasukkan ke dalam mobil jenazah. Aku dan keluarga Tommy masuk ke mobil yang mengiringi mobil jenazah. Aku menutup wajahku yang terasa panas menahan air mata yang siap tumpah. Tante Elza memelukku sambil sesekali aku mendengarnya terisak pelan. Om Beno yang duduk di sebelah Tante Elza, sesekali mengelap matanya dengan sapu tangan. Sementara Rommy yang duduk di sebelah sopir, aku tidak tahu apa yang dilakukannya karena posisiku yang duduk tepat di belakangnya.

Keluarga besar Om Beno sudah menunggu di pemakaman. Mama dan Papa menghampiri dan memelukku. Tangisku pecah tanpa bisa kutahan.

"Kakak dan kakak iparmu titip salam, sayang. Mereka berdoa semoga Tommy tenang dan kamu kuat", bisik Mama. Aku hanya bisa mengangguk dan berkata Amin dalam hati.

Selain keluarga besar, seluruh karyawan dan kolega Tommy turut hadir mengantar jasad Tommy ke peraduan abadinya. Ternyata Mas Prima, bosku, dan beberapa teman kantorku juga hadir. Oh lihat lah Tom, begitu banyak orang yang mengantar kepergianmu.

Air mataku mengalir lagi saat peti jenazah Tommy di turunkan ke liang lahat. Tante Elza meraung saat peti mulai ditimbun tanah. Aku tak kuat. Mama dan Papa memelukku erat. Selain doa, dalam hati kutitipkan rindu dan sayangku untuk Tommy.

Pemakaman selesai. Satu per satu pelayat meninggalkan pemakaman. Usai menyampaikan belasungkawa pada Tante Elza dan Om Beno, Mama dan Papa menungguku di mobil. Tinggal lah aku, Rommy, Tante Elza, dan Om Beno yang masih di samping makam Tommy.

Tante Elza dan Om Beno menghampiriku.
"Sha, sekali lagi Tante berterima kasih padamu. Terima kasih kamu sudah mencintai anak Tante. Ini, pesan terakhir Tommy. Ia seperti punya firasat. Ia minta Tante kasih ini ke kamu setelah pemakaman". Tante Elza memberiku sebuah amplop berwarna tosca kesukaanku. Tante Elza dan Om Beno mencium pipiku.
"Jangan lupakan kami Sha. Om sudah anggap kamu anak sendiri. Kalau ke Frankfurt lagi, kunjungi kami ya Nak. Atas nama putra Om, Om minta maaf kalau Tommy ada salah". Aku tersedu.

"Iya Tante, Om. Saya sudah maafin Tommy. Saya akan berusaha ikhlas. Terima kasih udah anggap saya anak". Aku memeluk mereka.

Rommy mendekatiku.
"Sha, sayang pertemuan kita dalam suasana yang tidak menyenangkan. Aku senang bisa mengenalmu. Kakakku sungguh beruntung mengenal dan mencintaimu. Ini titipan Tommy untukmu".

"Apa ini Rom?", tanyaku sambil menerima seperti kado lengkap dengan kertas pembungkus berwarna tosca dan pita emas.

"Kamu buka aja sendiri. Aku juga nggak tau apa isinya. Tommy menitipkannya padaku untuk kuberikan padamu di saat kau berurai air mata di tengah kerumunan orang. Tadinya aku tak mengerti apa maksudnya. Ternyata hari ini lah yang dimaksud Tommy". Rommy memelukku dan berbisik "Jaga dirimu baik-baik Sha. Sampai ketemu lagi".

Aku pun hanya mampu menjawab, "Terima kasih Rom".

Di dalam mobil yang membawaku pulang ke apartemen bersama orangtuaku, aku membuka amplop tosca. Warna kesukaanku. Sepucuk surat.



To: my dearest Sha

Saat kamu membaca surat ini, maafkan aku yang tak bisa menemanimu. Menghapus air matamu. Tapi yakin lah bahwa aku akan menjagamu. Selalu. Selama yang kamu inginkan.

Terima kasih atas semua waktu yang kita lalui bersama. Terima kasih kamu telah mengijinkanku menjadi bagian dalam hidupmu. Aku sungguh bersyukur Tuhan memberi jalan agar aku bertemu denganmu melalui barista kedai kopi yang salah mengantar pesanan kita. Aku bersyukur Tuhan telah memberiku penyakit ini sehingga aku bisa mengenalmu.

Ragaku memang sudah tidak bisa kau rengkuh. Tapi yakinlah hatiku selalu untukmu. Dimensi ruang dan waktu tidak mampu memupus cintaku padamu.

Tersenyumlah Sha mulai hari ini. Senyummu begitu indah seindah matamu. Duo dynamic yang mampu menggetarkan hatiku. Tak hanya hatiku tentunya, tetapi juga seluruh semesta akan ikut tersenyum bersamamu.

Ich liebe und vermisse dich.

Tommy



Air mataku menetes lagi. Tapi kali ini bercampur bahagia. Bahagia mengetahui Tommy masih memikirkanku hingga saat terakhirnya meski Ia tak sempat menungguku mengatakan hal yang sama untuk yang terakhir kali. Bahwa aku pun mencintai dan selalu merindukannya segenap hatiku.

Mama menggenggam tanganku sambil bertanya apa aku baik-baik saja. Kuyakinkan Ia tak perlu khawatir. Papa yang duduk di depan pun bertanya apa aku mau ikut mereka beberapa waktu ke Australia untuk refreshing sementara. Aku pun meyakinkannya aku baik-baik saja.

Kemudian aku membuka kado yang dititipkan Tommy untukku melalui Rommy. Isinya sebuah album foto. Tommy mengumpulkan beberapa foto kami berdua dengan ekspresi aneh dan lucu. Aku tertawa di sela tangisku mengingat memori setiap foto. Hei tunggu dulu... Tommy juga mengumpulkan foto candid diriku yang tak pernah kutahu sebelumnya. Ternyata diam-diam Tommy memfotoku. Beberapa di antaranya bahkan difokuskan pada mata dan bibirku yang sedang tersenyum.

Aku menutup album foto dan kudekap erat sambil meyakinkan diriku sendiri bahwa aku akan memenuhi permintaan Tommy untuk melanjutkan hidupku. Tommy, aku akan selalu mengenangmu.

-END-


Terjemahan:
Ich liebe und vermisse dich -> aku mencintai dan merindukanmu



Comments

Popular Posts