Malaikat Tak Bersayap

Ia lah kata terindah yang merdu kala diucapkan.

Ia lah sosok yang pertama menyambutku di bumi selain para dokter dan suster.

Ia lah yang pertama percaya melaluinya, Ia bisa mengantarkanku ke dunia ini, saat vonis tak bisa, dijatuhkan padanya.

Keyakinannya akan kehendak Tuhan tak tergoyahkan. Bahkan oleh sang pemvonis.

Ia meminta sang pemvonis memilihku dibanding dirinya di saat terkritis.

Ia sosok yang pertama mendekapku penuh cinta tak bersyarat. Bahkan hingga kini, dekapannya lah yang mampu membuatku tetap sebagai gadis kecilnya tak peduli setua apapun aku. 

Semua emosi luruh dalam dekapannya yang seolah berkata semua akan baik-baik saja. Bahkan di saat tersulitku pun.

Tanpa lelah Ia menggendongku yang manja. Tanpa lelah Ia menenangkanku yang cengeng. Tanpa lelah Ia menuntunku berjalan, berlari. Tanpa lelah Ia mendengar celotehku. 

Ia yang selalu percaya kemampuanku. Ia yang selalu yakin denganku saat yang lain meragu. Ia pendukung sekaligus penggemarku nomor satu. Ia yang selalu ada untukku tanpa kuminta. Ia yang doanya tak pernah putus.

Darinya aku belajar perempuan bisa melakukan apapun yang dilakukan lawan jenis. Bahkan mungkin lebih hebat. Bukan sekedar sok hebat.

Ia mungkin terdengar ketus sesekali. Tapi tidak sesungguhnya. Kalau pun demikian, pertanda ada yang salah dengan orang yang diketusinya.

Dengannya aku bebas membahas apapun. Aku bebas menjadi diriku tanpa dihakimi.

Seiring ku mulai sok tahu akan hidup ini, Ia pun kerap jadi teman adu argumen. Tapi perbedaan tak lantas membuatnya menjauh atau membisu.

Ia pandai menyimpan lukanya dari yang lain. Tapi tidak dariku. Aku bisa menangkap sorotnya karena mata tak pernah ingkar.

Itu sebabnya siapa pun yang menyakitinya sama dengan menyakitiku karena kesakitannya bisa kurasakan. Bila seseorang tak menghargainya, aku bisa seribu kali membalasnya karena Ia tak pernah membalas.

She may not perfect. But who cares? Because I'm not perfect either. And nobody's perfect.

Bahkan saat ku kecil, aku selalu berpikir. Bila reinkarnasi itu ada, aku tetap ingin Ia yang menghadirkanku. 

I may not always say I love you, Mom. But trust me one thing. I loved you, I always do and always will.




Note: finally! It took 3 days since Dec 22nd to finish this.

Comments

Popular Posts