Bahasa yang Mulai Terabaikan

Tuhan menciptakan beragam ras, suku, dan bahasa di muka bumi ini. Untuk apa? supaya kita belajar. Belajar menghargai perbedaan, belajar bahasa asing, belajar adat-istiadat yang berlaku di suku lain. Semuanya agar kita berkembang menjadi manusia yang lebih baik. Tapi harus ada yg diingat, meskipun manusia itu berbeda-beda, Tuhan tidak pernah membeda-bedakan manusia dari yang kasat mata dan terlihat dari luar. Yang membedakan hanya tingkat ketakwaannya kepada sang pencipta.

Nah, sedihnya, di Indonesia ini ada persepsi yang sedang berkembang kalau kita bisa berkomunikasi dengan bahasa asing (contohnya Bahasa Inggris), udah paling top deh. Kalau kita buka halaman lowongan pekerjaan di koran atau klik di internet, mayoritas tenaga kerja yang dicari saat ini yang lancar bebicara Bahasa Inggris.

Ya ga heran sih karena kan kita memasuki era globalisasi di mana diharapkan nantinya bermunculan warga dunia yang disatukan dengan bahasa tertentu salah satunya Bahasa Inggris. Mulai dari situlah para orangtua berlomba-lomba menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah berbahasa pengantar Bahasa Inggris bahkan dari bayi pun sudah diajak ngobrolnya pake Bahasa Inggris sama orangtuanya.

Ga ada yang salah sih sejauh ini dengan usaha para orangtua itu. Semua demi kebaikan masa depan anak mereka. Tapi alangkah baiknya kalau para orangtua itu juga ga lupa untuk mengajari atau memberikan fondasi yang kokoh bagi anaknya akan bahasa bangsanya. Ya kan ga lucu kalau ada anak muda ngakunya orang Indonesia tapi pas ngomong, ga bisa sama sekali Bahasa Indonesia atau bisa Bahasa Indonesia tapi belepotan kayak orang asing. Padahal di luar sana banyak orang dari negara lain yang antusias belajar Bahasa Indonesia bahkan lebih dari itu, mereka juga belajar kebudayaan Indonesia yang mencakup kesenian dan adat-istiadat. Masa bangsa ini kalah sih dibanding bangsa lain. Kan ga lucu dong, masa orang Indonesia ga tau apa-apa ttg Indonesia. Bahkan bahasanya pun kacau berantakan luluh lantak hehehe..

Contoh simpelnya, banyak anak muda yang ga bisa membedakan mana kata imbuhan mana kata depan, sehingga salah dalam penulisannya. Contohnya:

dipakai>>fungsi "di" sebagai kata imbuhan. Kata dasarnya pakai. Dapat imbuhan di-. Cara menulisnya harus digabung.

di mana>>fungsi "di" sebagai kata depan. Cara menulisnya harus dipisah.

Bagaimana cara membedakan mana yang "di" nya harus ditulis menyambung mana yang harus dipisah itu mudah.

Kata "dipakai" bisa dikategorikan kata berimbuhan karena kalau imbuhan "di" diganti "me" >> "memakai", masih ada artinya. Berarti ini kata imbuhan

Tapi coba kalau "di mana" diubah jadi "me mana". Kan ga ada artinya. Berarti ini termasuk kata depan dan penulisannya harus dipisah jadi "di mana" bukan "dimana".


Yah begitulah sedikit share saya atas rasa "gatal" dan kasian atas penggunaan Bahasa Indonesia yang mulai ditinggalkan generasi mudanya.


Comments

Popular Posts