Anak SMU vs Wartawan

Tawuran SMU? udah biasaaa...tapi kalo lawannya wartawan? luar biasaaa atau di luar kebiasaan..

Jumat malam 21:25 saya terima Broadcast Message dari teman isinya begini:
Reporter Trans7 dikeroyok siswa SMA 6: Kronologisnya Pemukulan thdp reporter trans7 oktaviardi oleh siswa2 SMA 6. Saat itu sy sdng makan di gultik, blok m lg istirahat trus sy dan reporter sy bernama heri dngar ada yg ngmng bntr lagi tawuran. Sy diminta rprtr sy ambil aja buat anak news. Sy ini anak produksi seleb. Krn dmnta ambil gmbr sy ambl gmbr tawuran. Setelah selesai tawuran sy ambil paska tawuran anak-anak sekolah yg td ribut mengarah ke taman , sy ikuti sambil ambil gmbr lambang sma 6. Sy pikir gmbr msh kurang sy ambil gmbr yg sdng duduk2 d taman, semenit msh aman. Bgtu mrk liat sy, semua kerumunin sy. Sktr 25 lbh keroyok sy. Ada yg blng norak bnget ini sdh biasa, mana kaset lo. Kaset sy serahkan meskipun itu tnggung jwb sy. Sy serahkan utk jaga diri. Tp ditarik kembali mrk sempat nendang kepala dan pukul punggung dan kamera. Sy saat itu hnya nunduk smbl selamtkan kepala sy jd sy tdk liat siapa yg mukul.
Ada jaket kuning kotak atau merah dia msukkn tngan k jaket, sy pikir dia mau kluarkn pisau. Kl bnr sy sdh siap.
Ada niat baik dr saya utk meminta pertanggung jwbn pihak sekolah. Dan bertemu satpam bernama cecep. Cecep sempat menghubungi bagian kesiswaan.
Sktr jam 8an sy dihubungi bagian kesiswaan bernama bu rusni lwt HP milik satpam bernama cecep. Dlm pembicaraan bu rusni smpt tanya ke saya "mas yakin itu anak sma 6. Sy jwb iya tdk mungkin anak 70. Bu rusni smpt bilang sy itu bkn anak sma 6 bs saja itu alumni. Tp yg mengeroyok sy rata2 seragam sekolah sma abu2 tp ada yg msh seragm, ada yg ditutupi jaket.
Bu rusni blng tdk bertanggung jwb itu bkn tnggung jwb sekolah lg krn sdh diluar jam sekolah ini tnggung jwb msyarkat& orang tua.Bahkan wartawan rakyat merdeka online bernama firardi yg kbtln ada dstu jg berbicara dng bu rusni, jwbnnya sama itu bkn tnggung jwb sekolah lagi. Firardi sempat blng kl ini sdh pidana krn pengkeroyokn dan penamblm kase, ke bu rusni. Tp kembali bu rusni blng kita tdk bertanggung jwb.
Untuk dkethaui, sekitar jma 7an terjadi tawuran antara sma 6 dan sma 70.

Reaksi saya masih biasa aja begitu terima BM itu. Kan belum ada pembuktian kejadian itu beneran atau hoax. Ditambah belum nonton berita di tv atau baca di portal berita.

Senin, jam 16.33 WIB saya terima BM lagi yg isinya:
‎​Yudistiro Pranoto, pewarta foto Sindo, menjadi korban pengeroyokan di SMA 6 Blok M. Sekarang di ruang rontgen RSPP, masih muntah2 dan lecet2. Kayaknya banyak luka dalem. Kamera masih belum ketemu. Sebelumnya, Panca dari Media Indonesia juga mengalami hal serupa. Polisi nggak mau nangkep karena yang ngegebukin anak jendral.masih banyak wartawan yang luka2
Siswa SMA 6 Baku Hantam dengan Wartawan - m.okezone.com
http://m.okezone.com/read/2011/09/19/338/504247/siswa-sma-6-baku-hantam-dengan-wartawan

Ga berapa lama, di group bbm pun ramai dibahas. Ternyata BM itu bener. Tapi emang ceritanya begitu ya? Mulai deh searching di internet. Yang bikin geregetan baca timeline twitter salah satu siswa SMU 6 yang bernama Gilang Perdana. Dia begitu bangganya nulis kalo dia udah mukulin wartawan sampe bonyok. Tweet-nya itu pun ditimpali anak perempuan yg siswa SMU itu jg yg mendoakan semoga wartawan yg dipukuli Gilang Perdana meninggal. Selain itu jg ada akun twitter salah satu siswa SMU itu yg bernama Danu yg bilang "Mahakam itu keras". Mahakam itu daerah SMU itu berada. Ckckck...sadis bener ya kalimat anak2 generasi muda jaman sekarang yg di pundaknya bertengger banyak harapan baik dari orangtua dan negaranya.

Nih ya saya copy-paste berita tentang tawuran itu dari www.tempointeraktif.com:

Juru Kamera Trans 7 Dikeroyok Siswa Tawuran


TEMPO Interaktif, Jakarta - Oktaviardi, juru kamera Stasiun Televisi Trans 7, dikeroyok puluhan remaja yang diduga siswa SMA Negeri 6 Jakarta Selatan, Jumat 16 September malam. “Kaset rekaman saya diambil, kamera juga sempat ditendang,” kata Oktaviardi. Okta menuturkan, pengeroyokan terjadi usai terjadi tawur antara dua kelompok siswa dari SMAN 6 dan 70 yang saling bertetangga di kawasan Bulungan. Sebelumnya Okta kebetulan sedang makan di kawasan itu bersama reporter Trans 7 bernama Heri dan seorang sopir. Mendengar ada tawuran, Okta yang bekerja untuk program infotainment Selebrita tergerak juga untuk mengambil gambar. “Yang tawuran anak SMA 06 dan SMA 70,” ujarnya. Sekitar pukul 19.00, saat tawuran usai dan kedua kelompok siswa berpencar, Okta berinisiatif mengambil gambar gerbang SMA 6. Saat itulah sekitar 20 siswa yang ternyata masih berkumpul di sekitar lokasi dan diantaranya mengenakan seragam sekolah mengerubuti Okta. Selain melayangkan pukulan, mereka juga meminta Okta mengeluarkan kaset rekaman dari kameranya. “Setelah kaset saya berikan, kamera saya juga sempat ditendang,” ujarnya. Beruntung, Okta tidak mengalami luka serius akibat pengeroyokan itu. Kameranya pun setelah diperiksa masih dapat berfungsi dengan baik. Dia hanya menyesalkan kaset rekamannya yang dirampas. Dengan bantuan petugas keamanan sekolah, Okta menghubungi Bagian Kesiswaan SMA 6 yang bernama Rusni untuk bisa mendapatkan kasetnya itu. “Tapi Bu Rusni menolak dengan alasan waktu kejadian di luar jam sekolah,” ujarnya. Kini, Okta tengah mempertimbangkan untuk melaporkan kejadian pengeroyokan dan perampasan itu ke kepolisian.

Ini Kronologi Tawuran Siswa SMA 6 dengan Wartawan
TEMPO Interaktif
, Jakarta - Ratusan siswa SMA 6 terlibat tawuran dengan puluhan wartawan berbagai media, Senin, 19 September 2011, siang tadi. Tawuran tersebut terjadi di depan sekolah SMA 6, tepatnya di Jalan Mahakam, lintasan antara Plaza Blok-M dengan SMA 6. Diduga tawuran tersebut terjadi terkait dengan aksi pengeroyokan wartawan Trans 7 yang terjadi Jumat lalu. Pengeroyokan tersebut rupanya terjadi kembali pada Senin pagi tadi ketika sejumlah wartawan beraksi solidaritas. Insiden pengeroyokan tersebut rupanya memancing wartawan untuk menyambangi SMA 6. Senin siang, puluhan wartawan duduk-duduk di pinggir Jalan Mahakam untuk meliput. Ada juga wartawan yang ke sana untuk melakukan aksi solidaritas bagi rekannya yang menjadi korban pengeroyokan. Pertemuan kedua massa tersebut tak berujung baik. Apalagi waktunya bertepatan dengan jam pulang anak sekolah. Emosi mulai tersulut ketika sekelompok wartawan yang tengah duduk merasa melihat pelaku pengeroyokan rekannya melintas di depan mereka. Murid tersebut, yang tengah melintas bersama sekelompok rekannya terlibat baku hantam dengan sekelompok wartawan. Pantauan Tempo, salah seorang murid SMA 6 terkena hantaman hingga darah mengocor dari mulut dan hidungnya. Saling dorong dan saling sorak pun terjadi antara kedua kelompok tersebut. Puluhan polisi yang berada di lokasi tak kuat melerai keributan yang terjadi. Keributan tersebut terjadi tepat di depan gerbang keluar sekolah. Pada saat yang bersamaan ratusan siswa kemudian berjalan dari arah Bulungan menuju lokasi berkumpulnya wartawan. Keributan pun berpindah dari depan gerbang ke tengah Jalan Mahakam. Skalanya jauh lebih besar dari keributan semula. Ratusan siswa dan wartawan bentrok saling dorong di tengah jalan. Polisi bahkan sempat mengeluarkan tembakan peringatan tiga kali. Lantaran jumlah polisi tak seberapa, kehadiran mereka jadi tak terasa pengaruhnya. Keributan semakin panas dan suasana semakin tidak kondusif. Beberapa kali terlihat ada helm, botol, dan batu yang dilempar ke udara, mengincar massa. Lantaran kalah jumlah, kerumunan wartawan yang terjepit berhamburan lari menyelamatkan diri ke arah Markas Besar Polri. Siswa SMA terus mengejar sambil melempar barang yang didapat sekenanya dari pinggir jalan. Salah satu korban tawuran adalah Banar Fil Ardhi, wartawan foto dari kompas.com. Banar mengaku terjatuh ketika hendak berlari dari kejaran anak SMA. Ketika itu pula ia dihajar oleh massa. "Saya tengkurap ketika dihajar," kata Banar. Banar terluka di bagian jidat dan pelupuk matanya memar membiru. Puluhan mobil media juga jadi sasaran amuk massa. Mobil Avanza Trans 7 yang ditumpangi Tempo untuk melarikan diri kaca depannya pecah dilempar batu. Kepala Kepolisian Resor Jakarta Selatan Komisaris Besar Imam Sugianto mengatakan bahwa aparat akan menindak siapa pun yang bersalah dalam insiden tawuran tersebut. Ia berjanji kepolisian akan bertindak profesional dan proporsional dalam menangani kasus ini. "Siapa pun yang bersalah akan kami tindak," ujarnya.


Di Twitter, Gilang Puas Pukuli Wartawan

Senin, 19 September 2011 | 19:21 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Usai bentrokan antara wartawan dengan siswa SMA 6 Jakarta, seseorang yang diduga sebagai pelaku mencurahkan keceriannya di situs mikrobog Twitter. Sebuah akun Gilang_Perdanaa menulis unek-unek terkait keberhasilannya yang telah menyerang wartawan. "Puas gua mukulin wartawan di jalur sampe bonjok-bonjok emosi banget gue,"begitu ia mengoceh.

Kicauan itu segera mendapat respon dari ratusan akun twitter lainnya. Sebagian diantaranya menyesalkan insiden itu. "Malu-maluin almamater aja lo,"tulis akun @wishnuyug. Kini pemilik akun Gilang Perdana mengganti profile name akun twitternya dari semula @Gilang_Perdanaa menjadi @giper2k11. Gilang menambahkan alasan penyerangan terhadap wartawan dikarenakan tingkah laku para peliput yang dinilainya telah melampaui batas. "Bukan gitu bang ya tapi itu wartawan udah ngelunjak"tulisnya.

Senin 19 September 2011 pagi ini terjadi bentrokan antara wartawan dan siswa SMAN 6. Awalnya wartawan dari berbagai media melakukan aksi damai di depan sekolah berkaitan dengan pemukulan terhadap wartawan stasiun televisi Trans 7 yang diduga dilakukan oleh siswa SMAN 6, Jumat malam, 16 September 2011. Aksi damai berubah menjadi bentrokan ketika siswa keluar dari sekolah dan menyerang wartawan.

Empat wartawan menjadi korban. Mereka adalah Yudistiro, wartawan SINDO; Banar Fil Ardi, wartawan online Kompas.com; Panca Surkani, wartawan Media Indonesia danSeptiawan, wartawan Sinar Harapan.

Beragam tanggapan muncul setelah aksi barbar yang dilakukan pelajar ini, mulai wakil rakyat di Senayan, pejabat publik Dinas Pendidikan DKI Jakarta hingga Markas Besar Kepolisian RI. Mereka sepakat mengungkapkan kekhawatirannya dan mengutuk aksi urakan pelajar tersebut.

Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo secara tegas menyatakan akan segera mengusut pelaku penyerangan wartawan ini.


Di tengah pemberitaan tentang tawuran yg lagi heboh ditambah serangan di Twitterland ke anak2 yg berani berkoar-koar ttg bangganya mereka setelah memukuli wartawan, ada link blog salah satu siswa SMU itu yg mencoba menceritakan duduk perkara tawuran dari kacamatanya.

Berikut ini kutipan blognya:

Sulutan Api di Bumi Mahakam

Bagai matahari kita hidup, bagai noda kita terbuang
semua yang saya tuliskan merupakan opini. Opini ini juga dituliskan berdasarkan apa yang saya lihat pada siang hari tadi, dan juga apa yang saya dengar dari sumber yang saya percayai.

Senin, 19 September 2011 - siang ini, seusai saya dan teman-teman saya melaksanakan Ujian Awal Semester hari ketiga, peristiwa bentrok antara lembaga pendidikan SMAN 6 Mahakam dan wartawan pun terjadi.

saya merupakan siswa SMAN 6 Mahakam kelas XII. hanya seorang murid biasa, tidak teladan, tidak pintar, bukan anak emas. jauh dari semua itu.
namun saya juga bukan sampah yang tidak mengetahui posisi saya.

semua ini dimulai ketika SMAN 6 Mahakam dan SMAN 70 Bulungan tawuran pada hari Jum'at lalu. seorang wartawan yang merasa kekurangan gambar tawuran tersebut menuju ke gerbang SMAN 6 Mahakam untuk mengambil beberapa gambar. tentu saja beberapa murid yang merasa terancam tersulut emosinya dan merampas kaset dari wartawan tersebut.

Pagi ini para wartawan datang untuk meminta pertanggung jawaban dari Kepala Sekolah. menurut beberapa guru SMAN 6 Mahakam, wartawan tersebut sudah bertemu dengan Ibu Kadarwati selaku Kepala Sekolah sebanyak tiga kali.

Siang ini saya melihat beberapa peristiwa. Pada awalnya saya belum memedulikan kehadiran wartawan pada siang hari itu, "Yah, namanya juga wartawan", saya pikir. namun semua itu berubah ketika beberapa kericuhan kecil terjadi. saya bergegas menuju gerbang. tidak seperti hari lainnya, gerbang itu tergembok dari dalam. mengurung kami semua. mengurung kami dalam keamanan dan keselamatan.

"Turun kau dari sana!", teriak seorang guru Kimia. Ia menatap ke langit-langit, ke atap gedung SMAN 6 Mahakam, atap Pos Satpam. seorang wartawan memanjat gedung sekolah saya, mengotorinya dengan sepatunya. ia menginjak sekolah saya, tempat saya meraih pendidikan selama 2 tahun terakhir. "Woi, ngapain lo di sana!" teriak saya kepada wartawan itu. "Turun! Apa-apaan kamu!", "Tunjukkan etikamu!" teriak warga kantin dan guru-guru. tapi semua teriakkan itu hanya dibalas dengan ancaman oleh wartawan itu, "Jangan bicara soal etika kepada saya!", "Awas kamu, saya bisa menuntut!" sambil menunjuk-nunjuk ke arah saya dan orang-orang yang berada di bawah.

"Kerja wartawan dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers". Bagaimana dengan hak kami? hak ketenangan kami, hak kami mengenyam pendidikan. kami membela sekolah kami. kenyamanan dan keamanan kami dinganggu oleh seonggok wartawan yang menjaga "harga diri". tidakkah kamu akan melakukan hal yang sama terhadap sekolahmu? dimana kamu mendapatkan kenangan dan dasar pendidikan yang kamu raih. tempat dimana kamu belajar untuk menggapai cita-citamu. tempat dimana kamu belajar untuk menjadi wartawan.

Manusia merasa hebat akan keperkasaannya, namun enggan hilang dalam rasa malu.

Beberapa saat setelah peristiwa naiknya wartawan tersebut, orang-orang yang ingin keluar/masuk gerbang SMAN 6 dikepung oleh wartawan. beberapa teman seangkatan saya berjalan menuju sekolah dari arah Taman untuk mengambil motor dan pergi dari tempat kejadian. namun, pada saat ia baru saja keluar dari gerbang bersama motornya, wartawan mulai mengepungnya (mungkin ingin mengambil gambar), namun dari kepungan itu muncul satu pukulan, dua pukulan. ricuh. "Itu teman saya!", teriak teman-teman saya dari dalam gerbang, "Bu! tolonginin dia, Bu!". "Anakku! Anakku!" teriak Ibu Husni, guru Fisika saya ketika saya kelas X. Ibu Husni merupakan guru yang sangat peduli dengan anak didiknya. walaupun terkadang ia berbeda pendapat dengan kami semua, namun ia tetap guru yang melindungi kami. lalu, teman saya menjatuhkan motornya, melindungi dirinya dan masuk kembali ke dalam Mahakam.

setelah itu muncul beberapa kericuhan kecil lagi. kamera tertuju pada gerbang kami dan meliput kami semua. banyak dari para wartawan yang memprovokasi para guru. caranya dengan bertanya dengan nada menjengkelkan dan terus menerus tentang "anak didik". "Bagaimana ini pak anak didiknya?", "Tolong itu anak didiknya diajarkan sopan santun!". bahkan kabarnya seorang guru BK dilemparkan mangkuk soto ayam oleh wartawan ketika ia berusaha melerai.

tidak lama dari itu saya pulang ke rumah. memantau kejadian melalui internet.

kejadian terbaru yang saya dapatkan merupakan : polisi melepaskan tembakan peringatan. Namun, tembakan peringatan tersebut tak digubris kedua pihak. Kericuhan pun semakin menjadi saat ada seorang anak SMA yang ditemukan bersimbah darah di depan SMA 6 (sumber : detiknews).

melihat semua ini membuat saya sadar, betapa jauhnya Indonesia dari persatuan. betapa jauhnya dunia dari perdamaian. betapa sulitnya menjalankan diplomasi ketika emosi mengambil alih segalanya. betapa kurang dewasanya masyarakat dalam mengambil tindakan. dan betapa naifnya manusia akan kemenangan semata.

dengan mudahnya penghormatan saya terhadap wartawan hilang. saya kuburkan dalam-dalam fakta bahwa saya pernah ingin menjadi seorang wartawan. bagai noda mereka terbuang.

mungkin dalam hal ini, kedua pihak memang melakukan kesalahan. namun tidak seharusnya kesalahan tersebut ditindak lanjuti seperti ini.
kedua pihak adalah salah. selesai.

End


Kalau diperhatikan, kalimat si anak SMU ini tertata baik mengingat dia masih SMU. Komentar di blog ini pun banyak yg memujinya begitu dan mendukungnya untuk terus bercita-cita sebagai wartawan karena tidak semua wartawan seburuk pandangannya di blog tersebut.

Terlepas dari siapa yang salah dan siapa yg memulai duluan, menurut saya tindak kekerasan itu tidak benar dan tidak seharusnya terjadi karena saling merugikan efeknya. Tapi yang jelas, mengintimidasi bahkan sampai memukul dan merampas kaset wartawan itu tidak dibenarkan. Tawuran anak sekolah juga tidak dibenarkan. Apalagi tawuran anak SMU vs wartawan jg tak dibenarkan.



Comments

Popular Posts