Toilet Umum

-- Scene 1 --

  "Kamu nggak kayak biasanya deh Nin. Ada masalah?", tanya Fita dari bilik sebelah.
  "Nggak kok Fit. Aku nggak apa-apa", jawab Nina sambil menekan tombol flush.
  "Ya udah kalau kamu baik-baik aja. Tapi kapan pun kamu butuh teman curhat, you can count on me". Fita bersungguh-sungguh mengatakannya.
  Nina keluar dari biliknya dan mencuci tangannya di wastafel. Sambil mencuci tangan, Nina memandangi wajahnya di cermin dan membatin dari mana Fita tahu kalau sahabatnya ini tidak seperti biasanya.
  Fita menghampiri wastafel di sebelah Nina. Fita menatap Nina penuh selidik namun Fita memilih diam. Fita yakin kalau Nina sedang punya masalah. Mereka telah berteman 8 tahun sejak masih kuliah. Fita tahu benar ciri-ciri Nina kalau sedang dalam masalah. Nina sering menghela nafas.
  Fita tidak habis pikir. Apa ya kira-kira masalah Nina. Sejak lulus kuliah, Nina langsung menikah dengan pacarnya, Sam. Keduanya pasangan serasi. Nina yang cantik lemah lembut dan keibuan, sementara Sam tipe laki-laki yang kalem dengan wajah tampan seperti Atalarik Syah. Fita kadang iri dengan Nina yang dinilainya beruntung.
  Nina balik bertanya, "kalau kamu, lagi senang ya? Dari tadi kuperhatikan, kamu sering sekali melihat hape sambil senyum-senyum". Nina mencoba mengalihkan perhatian Fita yang masih tampak tak percaya Nina baik-baik saja.
  "Iya Nin. Aku bahagia", Mata Fita berbinar saat mengatakannya.
  "Hmm, terakhir kali aku lihat kamu seperti ini 2 tahun lalu. Siapa namanya? Oiya, Timo. Di mana ya dia sekarang?", tanya Nina.
  "Timo udah ke laut dicaplok Hiu", jawab Fita sekenanya. Keduanya pun tertawa.
  Nina teringat 2 tahun lalu. Fita jatuh cinta dengan laki-laki petualang bernama Timo. Fita dan Timo sempat pacaran namun hanya bertahan 5 bulan. Timo lebih memilih mengejar mimpinya menaklukkan gunung-gunung tertinggi di seluruh dunia. Sementara Fita adalah pekerja kantoran yang tidak bisa mengikuti hasrat Timo berkelana. Cukup lama bagi Fita untuk menyembuhkan patah hatinya. Makanya Nina senang melihat Fita seperti menemukan kembali semangatnya seperti sekarang ini.



-- Scene 2 --

  "Halo, oh kamu baru meluncur dari kantor? Ok aku tunggu. Aku udah beli tiketnya. Tapi sekarang aku lagi ketemuan sama sahabatku dulu di bistro. See u." Lagi-lagi Fita senyum-senyum sendiri memandangi handphone-nya.
  "Hey. Tuh kan kamu senyum-senyum lagi. Hayoo ngaku. Itu tadi pacar kamu ya? Siapa namanya? Kerja di mana?", berondong Nina penasaran.
  "Hmmm...dia bukan pacarku", jawab Fita.
  "Ok deh. Kalo bukan pacar, pasti dia seseorang yang istimewa buat kamu karena ekspresi kamu waktu terima telepon tadi menjelaskan semuanya", desak Nina.
  "Hahahaha emang keliatan banget ya? Masa sih?", Fita semakin tidak bisa menutupi rahasianya dari Nina.
  "Aku nyerah. Aku cerita deh ke kamu. Tapi janji ya kamu nggak akan marah sama aku", wajah Fita memelas.
  "Iya aku janji. Ayo dong cerita", Nina semakin penasaran.
  "Jadi sebenarnya," cerita Fita terpotong karena ada perempuan lain masuk toilet. Setelah perempuan itu keluar, Fita melanjutkan ceritanya.
  Singkat cerita, Fita mengisahkan kedekatannya dengan seorang laki-laki. Andi namanya. Ia adalah bos Fita. Andi bukan lajang. Ia memiliki istri dan seorang anak berusia 5 tahun.
  "Kamu yakin mau serius berhubungan sama Andi? Inget Fit, dia udah berkeluarga. Aku yakin kamu cukup dewasa untuk mikir mana yang benar mana yang salah", Nina berkata tegas. Bahkan Fita belum pernah melihat ekspresi Nina seperti sekarang.
  "Iya aku tau konsekuensinya Nin. Di satu sisi, aku nggak mau terhanyut perasaan. Aku nggak mau jadi penyebab keretakan rumah tangga Andi. Aku tau rasanya tumbuh besar di keluarga yang tercerai-berai. Tapi di sisi lain, aku mengagumi Andi. Aku menemukan kedamaian bersamanya. Sesuatu yang belum pernah aku temukan dari cowo-cowo yang pernah dekat denganku", Setengah menahan air mata Fita menuturkan perasaannya.



-- Scene 3 --

  Kali ini Nina sampai lebih dulu dari Fita. Mereka memang kerap bertemu di Bistro langganan. Minimal 2 minggu sekali mereka bertemu. Mungkin ini salah satu penyebab persahabatan mereka tetap terbina baik.
  Nina termenung. Tanpa terasa air mata mengalir di pipinya. Tiba-tiba ada yang masuk ke toilet. Fita.
  "Ya ampun kaget aku. Tumben amat kamu sampe duluan", Fita mencuci tangan di wastafel.
  "Panas banget ya di luar. Rasanya sampe kayak meleleh. Mataharinya semangat banget kayak abis gajian", cerocos Fita.
  Merasa tidak ditanggapi, Fita memperhatikan Nina sambil mengeringkan tangannya di hand dryer.
  "Kamu menangis Nin? Kenapa? Cerita sama aku. Apa ini ulah Sam?"
  "Aku..aku..", terbata-bata Nina mencoba menjawab.
  "Nih usap dulu air matamu", Fita menyorongkan tissue.
  "Aku perempuan nggak berguna Fita. Aku udah mencoba segala cara mulai dari medis sampe alternatif. Semua udah aku coba tapi nihil. Aku emang ditakdirkan nggak bisa punya anak", air mata Nina semakin tak terbendung.
  Fita langsung menarik Nina ke pelukannya. "Nggak Nin. Jangan pernah bilang kalo kamu nggak berguna. Tuhan menciptakan semua makhluk hidup dengan alasan dan tujuan. Jadi nggak ada yang namanya nggak berguna".
  "Empat tahun Fit. Bukan waktu sebentar. Empat tahun aku menikahi Sam. Sampe sekarang kami belum juga punya keturunan. Kata dokter, aku yang bermasalah. Ibu mertuaku meminta Sam meninggalkanku", Nina sesenggukan di pelukan Fita.
  "Sam jawab apa? Dia pasti memilihmu kan? Aku kenal Sam".
  "Perkiraanmu dan perkiraanku sama. Tapi kita salah. Sam memilih mendengarkan permintaan ibunya", tangis Nina semakin menjadi.
  "Apa? Sam yang kukenal adalah Sam yang sangat memujamu. Dia mencintaimu bahkan sampai ke ukuran terkecil dari kulitmu", Fita masih tidak percaya dengan apa yang didengarnya.
  "Awalnya aku juga tidak percaya. Tapi tadi pagi aku menemukan kuitansi cincin berlian di saku celana Sam saat akan mencuci. Sam tidak pandai berbohong. Aku tau dia membelikan perempuan itu cincin meski Sam diam tidak menjawab pertanyaanku".



- Scene 4 -

  Sebulan kemudian.
  "Gimana kabarnya hubunganmu dengan Andi?", tanya Nina.
  "Aku berusaha melupakannya. Aku sadar. Betapa pun aku menginginkannya, Andi pasti akan memilih istri dan anaknya. Aku resign Nin. Beruntung seorang teman menawariku pekerjaan yang menurutku menantang. Aku sekarang jadi tour guide khusus turis Prancis. Lumayan mengasah lagi kemampuan bahasa Prancisku. Aku juga ngajar bahasa Indonesia untuk ekspatriat Prancis".
  "Wow selamat ya Fita sayaaaang", Nina memeluk Fita.
  "Mmmh maksudku selamat atas pekerjaan baru. Aku nggak bermaksud menyelamati berpisahnya kamu dari Andi", Nina meralat ucapan selamatnya.
  "Nggak apa-apa Nin. Aku ngerti kok. Kamu sendiri gimana? Kamu tampak lebih bersemangat hari ini. Maaf ya, tapi gimana kelanjutan hubunganmu dengan Sam?"
  "Ternyata usahaku membuahkan hasil Fit. Aku hamil!"
  "Serius kamu? Waaaawwww aku akan punya keponakan!", Fita loncat-loncat saking senangnya mendengar kabar baik itu.
  "Janin di perutku ini selain membawa kebahagiaan, juga membawa kekuatan bagiku Fit".
  "Oya? Trus berarti ibu mertuamu nggak jadi meminta Sam meninggalkanmu kan? Dan hubungan Sam dengan perempuan itu bagaimana?".
  "Iya. Ibu mertuaku nggak jadi memjnta Sam meninggalkanku. Tapi aku yang meninggalkan Sam. Terima kasih waktu itu kamu mengingatkanku saat aku merasa tidak berguna. Kamu menyadarkanku. Anakku lah yang terpenting sekarang. Dan dia membutuhkanku. Apa yang dilakukan Sam sudah membuka mataku. Aku bebaskan Sam untuk mencintai perempuan itu karena aku memilih untuk membagi cintaku hanya dengan anakku". Tidak ada keraguan sedikit pun dari setiap kalimat Nina.

- End -

Comments

Popular Posts