Tito


Setiap pagi aku melihatmu duduk. Dalam diam kau merenung. Setengah mengantuk antara sadar dan tidak, dengan wajah dipenuhi bekas kerutan seprei, rambutmu kusut masai. Aku bangga bisa melihat wajahmu yang asli tanpa polesan makeup dan rambut kacaumu tanpa catokan rambut. Aku senang kau tak perlu berpura-pura di depanku, meski kau tak tau aku memperhatikanmu. Selalu.

Pagi ini sama dengan pagi-pagi sebelumnya. Dengan muka setengah mengantuk, kau duduk di atas toilet. Ya hanya duduk diam selama kurang lebih 5 menit di atas toilet yg tutupnya belum dibuka. Itu kebiasaanmu setiap pagi. Diam. Termenung. Entah apa di benakmu. Mungkin kau sedang menyusun kegiatan apa saja yang akan kau lakukan hari ini. Atau mungkin kau sedang memikirkannya. Lelaki yang sering kau gumamkan namanya sesekali di sela-sela ritual diammu. Lelaki yang tampaknya begitu kau cintai. Lelaki yang juga sering membuat matamu sembab. Aku yakin kau sering menangis karenanya. Lelaki yang kau cintai itu telah beristri dan beranak 2. Kalian menjalani cinta terlarang. Tapi aku tak akan menghakimimu. Aku tetap mengagumimu.

Seperti yang sudah kuperkirakan. Kau bangkit dari dudukmu setelah 5 menit. Kau pun menuju wastafel dan mengambil sikat gigi pinkmu. Kau mengolesi sikat gigi dengan pasta gigi berwarna hijau favoritmu. Setelah berkumur dengan air, perlahan kau menggosok gigi. Gesekan antara bulu sikat dan gigi geligimu bagai irama bagiku. Aku menyukainya. Usai gosok gigi, kau ambil facial wash khusus kulit berminyak merek kesukaanmu. Kau basuh wajah mulus kuning langsatmu dengan hati-hati. Aku selalu mengagumi kulit wajahmu. Ingin rasanya aku membelainya. Tapi aku cukup tahu diri. Aku tak akan pernah bisa. Aku puas hanya dengan memperhatikanmu.

Satu per satu kau tanggalkan pakaian. Keran shower kau putar. Air mengalir dari kepala shower membasuh tubuh indahmu. Aku selalu mengagumi setiap lekukmu. Kadang aku iri dengan sabun yang bisa menari di lembutnya kulitmu. Tapi aku cukup tahu diri. Aku tak akan pernah bisa. Aku puas hanya dengan memperhatikanmu.

Kau basuh rambutmu yang sepundak itu dengan air dan sampo. Kau pijat lembut kulit kepalamu sebelum kau membilas sisa sampo di rambutmu. Tak lupa kau usapkan conditioner di ujung rambut dan kau diamkan 3 menit. Sambil menunggu. Kau duduk di atas toilet. Kali ini tutup toilet kau buka. Aku tidak keberatan dengan ritualmu yang satu ini meskipun bau. Yang terpenting bagiku, aku bisa memandangimu. Aroma tak sedap dari ritual pembuangan ampas makanan pun berganti dengan aroma harumnya conditionermu.

Inilah saat yang kutunggu-tunggu setelah kau mengakhiri prosesi pembuangan ampas makanan. Kau tarik aku. Akhirnya aku berkesempatan menyentuhmu. Aku pun puas hanya sesaat menyentuhmu. Tak apa. Yang penting aku berguna untukmu.

Kaupun membilas kembali rambutmu dan memakai handuk. Aku harus puas beberapa menit memandangimu. Kini kau akan beraktifitas. Seorang perempuan karir sepertimu hanya menghampiri tempatku ini minimal 2 kali sehari. Pagi dan malam hari. Tapi tak apa. Akan kutunggu kau nanti malam. Aku tak sabar menantimu. Apakah kau akan masuk ke tempat ini dengan wajah sumringah atau sedih. Aku tak peduli. Yang penting aku bisa melihatmu.

Dari aku. Tito. Tisu toilet.

Comments

Popular Posts