180 Derajat
My life has changed since the day my baby boy was born. Yes I do realize that. Recently the changes come up even way much clearer than before. But I do enjoy it because those make me amazed and surprised me ;D and I love it.
Ok, ini salah satu contoh simpel, meski mungkin aja buat sebagian orang hal ini nothing special. But I don't care.
Di suatu pagi, untuk pertama kalinya saya harus nongol di sekolah anak jam 9 pagi. Well it's not a big deal anyway, mengingat sebulan lebih ini udah wara-wiri nganter anak sekolah di playgroup di jam yang sama. Jam 9 pagi. Yang membedakannya kali ini adalah, saya dijadwalkan ikut rapat orangtua murid untuk ajaran baru. Dari beberapa hari sebelumnya, saya excited. Akan seperti apa ya rapat orangtua murid? Ada perkenalan orangtua murid? Udah pasti itu. Seperti apa orangtua murid yang lain? Bisakah saya nge-blend sama mereka? Segudang rasa penasaran muncul.
Sebenernya sebulan terakhir ini saya udah ga asing dengan beberapa orangtua murid yang lain. Hal itu karena anak saya colong star sekolah. Harusnya ajaran baru Juli. Berhubung anaknya setelah trial, cocok, minta sekolah terus, ya sudahlah lanjut..
Tiba lah hari rapat orangtua murid yang sengaja saya catat di reminder handphone. Pakai alarm pula. Di surat edaran yang diposting guru anak saya di grup WA, tertulis rapat jam 9-11. Bukan saya namanya kalau ga dateng tepat waktu. Maklum kebiasaan dari kecil. Paling ga suka kalau datang telat in any occasion. Apalagi sekolah anak jaraknya dari rumah cuma selemparan batu.
Sampai di lokasi, baru ada satu orangtua murid. Ok salut buat dia yang bisa sampai duluan dari saya. Setelah saling sapa dengan para guru yang saya udah hapal semuanya, duduk manis lah saya di atas karpet yang digelar. Detik demi detik, menit demi menit, sampai bahkan jam berlalu. Ini serius ga pake pereus.. Kepala sekolah anak saya bilang kalau rapat baru akan dimulai dengan jumlah minimal orangtua murid yang hadir 15 orang dari total kelas playgroup, A dan B 53 orang. Oh gosh... Paham banget saya dengan kondisi orangtua murid yang mayoritas ibu bekerja ditambah jadwal rapat hari sabtu yang biasanya diisi dengan liburan. Saya bekerja. Bahkan sabtu bukan hari libur saya. Tapi ini kan untuk kepentingan anak selama setahun ke depan. Atau saya aja yang berlebihan ya sebagai first timer?
Rapat akhirnya dimulai jam hampir 11 setelah jumlah minimal peserta rapat terpenuhi. Kaki udah mulai kesemutan. Posisi duduk udah ga jelas antara selonjor dan ditekuk kaki ini. Kepala sekolah, ketua yayasan dan guru bergantian membacakan kurikulum selama setahun ke depan. Seperti rapat pada umumnya, pasti dong diharapkan feedback dari peserta. Kalo komunikasi cuma searah namanya monolog. Tapi lagi-lagi, saya harus geregetan. Dari jaman sekolah, saya terbiasa dan bersyukur dibebaskan untuk bertanya dan berargumen. Nah di rapat kali ini, setiap orangtua murid diberi modul kurikulum setahun. Para guru menjelaskan satu per satu. Tapi ketika ditanya apakah ada yang mau ditanyakan, para orangtua membisu. Entah mereka sudah paham (mengingat sebagian peserta adalah yang anaknya masuk tahun kedua atau tahun ketiga di sekolah) atau malu bertanya atau mengeluarkan saran. Saya yang gemas dengan keadaan henkng dan memang ga terbiasa dengan rapat yang hening, pun jadi volunteer berkali-kali untuk bertanya, memberi saran atau menyampaikan informasi. Well I'm not the only one. Ada beberapa orangtua murid lagi yang berpartisipasi tanya-jawab. Yang penting suasana rapat ga hening aja.
Setelah selesai membahas kurikulum, masuk lah ke babak pemilohan ketua komite dan kelengkapannya. Dari 15 orangtua murid yang hadir, guru anak saya langsung menunjuk 3 orang jado ketua komite, bendahara dan sekretaris. Terkesan memaksa? Ga sih menurut saya. Dari pada harus nunggu lama lagi karena ga ada yang berinisiatif. Mereka yang dipilih adalah yang anaknya memasuki tahun kedua dan ketiga sekolah. Otomatis sudah dikenal guru.
Kemudian tiba lah waktunya pemilihan koordinator kelas. Tanpa basa-basi dewan guru menunjuk saya koordinator kelas playgroup. Disusul koordinator kelas A dan B. Kenapa saya? Mereka bilang lebih mengenal saya karena aktif di rapat. Ya ga apa-apa sih. Hitung-hitung nambah pengalaman. Bagus juga untuk meramaikan Curriculum Vitae saya. Lagipula, kelas playgroup cuma berlima.
Tapi... Sesuai prediksi saya, pasti akan ada grup WA baru yang invite saya. It happens. Dalam beberapa jam handphone saya berisik. Apa lagi kalau bukan grup komite yang baru dibentuk yang ramai membahas iuran dan buka puasa bersama dan THR guru+marbot. Berisik? Banget. Tapi dinikmatin aja. Lucu. Gemas. Campur aduk. Selamat datang di masa nama saya kalah terkenal dibanding dengan sebutan "Mama Bimo". My life has changed in 180 degrees.
Ok, ini salah satu contoh simpel, meski mungkin aja buat sebagian orang hal ini nothing special. But I don't care.
Di suatu pagi, untuk pertama kalinya saya harus nongol di sekolah anak jam 9 pagi. Well it's not a big deal anyway, mengingat sebulan lebih ini udah wara-wiri nganter anak sekolah di playgroup di jam yang sama. Jam 9 pagi. Yang membedakannya kali ini adalah, saya dijadwalkan ikut rapat orangtua murid untuk ajaran baru. Dari beberapa hari sebelumnya, saya excited. Akan seperti apa ya rapat orangtua murid? Ada perkenalan orangtua murid? Udah pasti itu. Seperti apa orangtua murid yang lain? Bisakah saya nge-blend sama mereka? Segudang rasa penasaran muncul.
Sebenernya sebulan terakhir ini saya udah ga asing dengan beberapa orangtua murid yang lain. Hal itu karena anak saya colong star sekolah. Harusnya ajaran baru Juli. Berhubung anaknya setelah trial, cocok, minta sekolah terus, ya sudahlah lanjut..
Tiba lah hari rapat orangtua murid yang sengaja saya catat di reminder handphone. Pakai alarm pula. Di surat edaran yang diposting guru anak saya di grup WA, tertulis rapat jam 9-11. Bukan saya namanya kalau ga dateng tepat waktu. Maklum kebiasaan dari kecil. Paling ga suka kalau datang telat in any occasion. Apalagi sekolah anak jaraknya dari rumah cuma selemparan batu.
Sampai di lokasi, baru ada satu orangtua murid. Ok salut buat dia yang bisa sampai duluan dari saya. Setelah saling sapa dengan para guru yang saya udah hapal semuanya, duduk manis lah saya di atas karpet yang digelar. Detik demi detik, menit demi menit, sampai bahkan jam berlalu. Ini serius ga pake pereus.. Kepala sekolah anak saya bilang kalau rapat baru akan dimulai dengan jumlah minimal orangtua murid yang hadir 15 orang dari total kelas playgroup, A dan B 53 orang. Oh gosh... Paham banget saya dengan kondisi orangtua murid yang mayoritas ibu bekerja ditambah jadwal rapat hari sabtu yang biasanya diisi dengan liburan. Saya bekerja. Bahkan sabtu bukan hari libur saya. Tapi ini kan untuk kepentingan anak selama setahun ke depan. Atau saya aja yang berlebihan ya sebagai first timer?
Rapat akhirnya dimulai jam hampir 11 setelah jumlah minimal peserta rapat terpenuhi. Kaki udah mulai kesemutan. Posisi duduk udah ga jelas antara selonjor dan ditekuk kaki ini. Kepala sekolah, ketua yayasan dan guru bergantian membacakan kurikulum selama setahun ke depan. Seperti rapat pada umumnya, pasti dong diharapkan feedback dari peserta. Kalo komunikasi cuma searah namanya monolog. Tapi lagi-lagi, saya harus geregetan. Dari jaman sekolah, saya terbiasa dan bersyukur dibebaskan untuk bertanya dan berargumen. Nah di rapat kali ini, setiap orangtua murid diberi modul kurikulum setahun. Para guru menjelaskan satu per satu. Tapi ketika ditanya apakah ada yang mau ditanyakan, para orangtua membisu. Entah mereka sudah paham (mengingat sebagian peserta adalah yang anaknya masuk tahun kedua atau tahun ketiga di sekolah) atau malu bertanya atau mengeluarkan saran. Saya yang gemas dengan keadaan henkng dan memang ga terbiasa dengan rapat yang hening, pun jadi volunteer berkali-kali untuk bertanya, memberi saran atau menyampaikan informasi. Well I'm not the only one. Ada beberapa orangtua murid lagi yang berpartisipasi tanya-jawab. Yang penting suasana rapat ga hening aja.
Setelah selesai membahas kurikulum, masuk lah ke babak pemilohan ketua komite dan kelengkapannya. Dari 15 orangtua murid yang hadir, guru anak saya langsung menunjuk 3 orang jado ketua komite, bendahara dan sekretaris. Terkesan memaksa? Ga sih menurut saya. Dari pada harus nunggu lama lagi karena ga ada yang berinisiatif. Mereka yang dipilih adalah yang anaknya memasuki tahun kedua dan ketiga sekolah. Otomatis sudah dikenal guru.
Kemudian tiba lah waktunya pemilihan koordinator kelas. Tanpa basa-basi dewan guru menunjuk saya koordinator kelas playgroup. Disusul koordinator kelas A dan B. Kenapa saya? Mereka bilang lebih mengenal saya karena aktif di rapat. Ya ga apa-apa sih. Hitung-hitung nambah pengalaman. Bagus juga untuk meramaikan Curriculum Vitae saya. Lagipula, kelas playgroup cuma berlima.
Tapi... Sesuai prediksi saya, pasti akan ada grup WA baru yang invite saya. It happens. Dalam beberapa jam handphone saya berisik. Apa lagi kalau bukan grup komite yang baru dibentuk yang ramai membahas iuran dan buka puasa bersama dan THR guru+marbot. Berisik? Banget. Tapi dinikmatin aja. Lucu. Gemas. Campur aduk. Selamat datang di masa nama saya kalah terkenal dibanding dengan sebutan "Mama Bimo". My life has changed in 180 degrees.
Comments