Bed Time Stories (Kancil Mencuri Tomat)
Suatu hari, sekitar jam 11 malam, Bimo mulai mengantuk. Pria kecilku itu sedang mencari posisi yang tepat untuk menyambut alam mimpi indahnya. Aku memeluknya sambil ikut berbaring di sampingnya. Membelai rambutnya yang mulai gondrong, sambil bertanya, "Bimo mau Mama nyanyiin?. Tanpa menunggu persetujuannya, aku pun bernyanyi "Twinkle, twinkle, little star, how I wonder what you are". Baru satu kalimat, sebuah tangan membekap mulutku. Hiiii...hantu kah? Ternyata tangan Bimo. Sambil telapak tangan kanannya membungkamku, Ia pun menggeleng.
"Kenapa? Mama nggak boleh nyanyi?". "Iyak". Hiks..sedih. Padahal aku suka nyanyi Twinkle Twinkle Little Star. Salah satu favoritku bahkan. Di lagu itu aku merasa bahasa Inggrisku fasih (selain lagu My Bonnie Lies Over The Ocean tentunya).
"Kalo Mama bacain dongeng mau nggak?", tanyaku penuh harap. Biar ceritanya kayak orang Barat yang nina boboin anaknya lewat nyanyian atau dongeng. Di luar dugaan, Bimo said yes. Wuiiihhh aku girang bukan kepalang. Salah satu impianku sebelum punya anak adalah membacakan dongeng pengantar tidur untuk anakku. Bahkan waktu Bimo masih di perut pun, aku rajin membacakannya dongeng. Well at least buat diriku sendiri karena habis membaca dongeng, aku pun pulas. Mendengarkan dongeng juga salah satu kebiasaan yang dulu sewaktu kecil kerap kulakukan. Almarhum eyang kakung sering mendongengiku sebelum aku tidur. You name it lah! Kisah Bawang Merah Bawang Putih, Si Kancil Mencuri Ketimun, dan Cindil Laras adalah pengantar tidurku.
Mulai lah aku putar otak. Kisah apa yang akan kubacakan untuk Bimo. Mau ambil buku, udah keburu mager (malas gerak). Ok, tenang nak. Aku akan tunjukkan kebolehanku mengarang on the spot. Here we go!!
Aku memulai dongeng dengan jargon standar. Iya, apa lagi kalau bukan "Pada zaman dahulu". Asli ini bukan mau promo judul program impor dari negeri Jiran yang tayang di MNC lho yaaa.. Tapi so far yang kuingat dari dulu dan sampai sekarang, lazimnya dongeng diawali dengan "Pada zaman dahulu". Namanya juga dongeng. Alkisah di suatu tempat yang kadang antah berantah dan menggunakan tokoh hewan atau makhluk ajaib. Ok kita mulai aja ya ke dongeng daakan karanganku malam itu.
Pada zaman dahulu kala, hidup lah seekor kancil. Kancil hewan yang cerdik. Suatu hari kancil kehausan. Tapi tidak ada air di dekat Ia tinggal. Kancil pun memutuskan pergi mencari air.
Di jalan, kancil bertemu gajah. "Hai gajah", sapa kancil.
"Hai kancil", jawab gajah.
"Kamu punya air nggak? Aku haus sekali", tanya kancil.
"Wah sayang sekali. Aku tidak punya air, kancil. Aku pun kehausan", jawab gajah.
"Oh begitu. Ya sudah. Aku cari lagi deh", kancil pun berlalu.
Tak lama, kancil bertemu kodok. "Hai kodok", sapa kancil riang.
"Halo kancil", sapa kodok.
"Aku haus sekali. Apakah kamu punya air?", harap kancil.
"Yaaahh, sama. Aku juga lagi haus banget", jawab kodok.
"Jadi, kamu nggak punya air?", kancil memastikan.
"Nggak cil. Maaf ya", kodok pun kembali melompat.
Kancil mulai berjalan gontai. Harapannya pupus. Tiba-tiba Ia melihat banteng. "Hai banteng!", sapa kancil.
"Hai, kancil", kata banteng.
"Apa kamu punya air?", tanya kancil.
"Nggak. Sejak kemarau melanda, air semakin susah dicari", jawab banteng.
"Oh ya sudah kalau begitu. Terima kasih", kata kancil lesu.
Di tengah kelesuannya, kancil berjalan di bawah teriknya matahari. Matanya tertumbuk pada ladang Pak Tani. Hatinya pun gembira melihat tanaman tomat yang ranum. Air liur kancil pun menetes. Ia membayangkan betapa segarnya tomat yang banyak airnya. "Ah, tak apa-apa kali ya kalau aku ambil satu saja tomat Pak Tani", pikir kancil.
Kancil pun memakan satu tomat. Ternyata segar sekali rasanya. Kancil pun mengambil satu lagi, dan lagi, dan lagi, hingga total lima tomat ludes dilahapnya. "Hmmm hilang sudah hausku", gumam kancil. Ia pun berjalan ringan kembali ke rumahnya.
Malam harinya, kancil bermimpi buruk. Ia mimpi dikejar tomat raksasa. Kancil pun lari tunggang-langgang ketakutan. Kancil terbangun dengan bermandikan peluh.
Esok harinya, Pak Tani yang mengecek ladangnya pun kaget karena lima tomatnya hilang, menyisakan bekas dipetik. Pak Tani pun mencari tahu siapa pelakunya. Pak Tani bertemu banteng. "Hai banteng, apakah kamu tahu siapa yang memetik tomatku?".
"Tidak Pak", jawab banteng.
"Oh baiklah aku akan mencari tahu", sahut Pak Tani.
Pak Tani pun bertemu kodok di jalan. "Hai kodok, tahukah kamu ke mana tomatku raib?", tanya Pak Tani.
"Mmmhh.. Entah Pak. Tapi coba tanya kancil. Dia kan cerdik. Mungkin dia tahu siapa pelakunya".
"Baiklah kodok. Terima kasih sarannya", kata Pak Tani.
Selanjutnya Pak Tani bertemu gajah. Pak Tani pun menanyakan hal yang sama. "Aku tidak tahu. Tapi kemarin kancil kehausan dan meminta air padaku. Sayang aku tak punya", jelas gajah.
Pak Tani pun bertanya-tanya dalam hati, apakah mungkin kancil pelakunya? Atau mungkin kancil tahu siapa yang mengambil tomatnya.
Sampai lah Pak Tani di depan rumah kancil. Ia pun mengetuk pintu. Kancil pun membukanya.
"Oh, Pak Tani, kebetulan sekali, saya mau mengaku. Saya yang memetik tomat", berondong kancil sambil wajahnya memelas.
"Hey tunggu dulu. Dari mana kamu tahu kalau aku hendak bertanya soal tomat? Dan ternyata kamu pelakunya". Pak Tani heran.
"Saya merasa bersalah Pak. Semalah bahkan saya mimpi dikejar tomat raksasa. Saya kapok mengambil barang yang bukan hak saya", ujar kancil penuh penyesalan.
"Baiklah kancil. Aku maafkan kamu asal kamu janji tidak akan mengulangi perbuatan seperti itu karena sama saja dengan mencuri", jawab Pak Tani bijak.
-T A M A T-
Sebenarnya, saat aku mendongengi Bimo, baru sampai kancil mengakui kesalahannya ke Pak Tani. Lagi-lagi tangan Bimo membekap mulutku untuk diam. Ia mulai mengantuk dan tak ingin mendengar suara lain selain menikmati kantuknya hingga lelap. Tapi nggak apa-apa. Besok Mama dongengin yang lain lagi ya Bim!
"Kenapa? Mama nggak boleh nyanyi?". "Iyak". Hiks..sedih. Padahal aku suka nyanyi Twinkle Twinkle Little Star. Salah satu favoritku bahkan. Di lagu itu aku merasa bahasa Inggrisku fasih (selain lagu My Bonnie Lies Over The Ocean tentunya).
"Kalo Mama bacain dongeng mau nggak?", tanyaku penuh harap. Biar ceritanya kayak orang Barat yang nina boboin anaknya lewat nyanyian atau dongeng. Di luar dugaan, Bimo said yes. Wuiiihhh aku girang bukan kepalang. Salah satu impianku sebelum punya anak adalah membacakan dongeng pengantar tidur untuk anakku. Bahkan waktu Bimo masih di perut pun, aku rajin membacakannya dongeng. Well at least buat diriku sendiri karena habis membaca dongeng, aku pun pulas. Mendengarkan dongeng juga salah satu kebiasaan yang dulu sewaktu kecil kerap kulakukan. Almarhum eyang kakung sering mendongengiku sebelum aku tidur. You name it lah! Kisah Bawang Merah Bawang Putih, Si Kancil Mencuri Ketimun, dan Cindil Laras adalah pengantar tidurku.
Mulai lah aku putar otak. Kisah apa yang akan kubacakan untuk Bimo. Mau ambil buku, udah keburu mager (malas gerak). Ok, tenang nak. Aku akan tunjukkan kebolehanku mengarang on the spot. Here we go!!
Aku memulai dongeng dengan jargon standar. Iya, apa lagi kalau bukan "Pada zaman dahulu". Asli ini bukan mau promo judul program impor dari negeri Jiran yang tayang di MNC lho yaaa.. Tapi so far yang kuingat dari dulu dan sampai sekarang, lazimnya dongeng diawali dengan "Pada zaman dahulu". Namanya juga dongeng. Alkisah di suatu tempat yang kadang antah berantah dan menggunakan tokoh hewan atau makhluk ajaib. Ok kita mulai aja ya ke dongeng daakan karanganku malam itu.
Pada zaman dahulu kala, hidup lah seekor kancil. Kancil hewan yang cerdik. Suatu hari kancil kehausan. Tapi tidak ada air di dekat Ia tinggal. Kancil pun memutuskan pergi mencari air.
Di jalan, kancil bertemu gajah. "Hai gajah", sapa kancil.
"Hai kancil", jawab gajah.
"Kamu punya air nggak? Aku haus sekali", tanya kancil.
"Wah sayang sekali. Aku tidak punya air, kancil. Aku pun kehausan", jawab gajah.
"Oh begitu. Ya sudah. Aku cari lagi deh", kancil pun berlalu.
Tak lama, kancil bertemu kodok. "Hai kodok", sapa kancil riang.
"Halo kancil", sapa kodok.
"Aku haus sekali. Apakah kamu punya air?", harap kancil.
"Yaaahh, sama. Aku juga lagi haus banget", jawab kodok.
"Jadi, kamu nggak punya air?", kancil memastikan.
"Nggak cil. Maaf ya", kodok pun kembali melompat.
Kancil mulai berjalan gontai. Harapannya pupus. Tiba-tiba Ia melihat banteng. "Hai banteng!", sapa kancil.
"Hai, kancil", kata banteng.
"Apa kamu punya air?", tanya kancil.
"Nggak. Sejak kemarau melanda, air semakin susah dicari", jawab banteng.
"Oh ya sudah kalau begitu. Terima kasih", kata kancil lesu.
Di tengah kelesuannya, kancil berjalan di bawah teriknya matahari. Matanya tertumbuk pada ladang Pak Tani. Hatinya pun gembira melihat tanaman tomat yang ranum. Air liur kancil pun menetes. Ia membayangkan betapa segarnya tomat yang banyak airnya. "Ah, tak apa-apa kali ya kalau aku ambil satu saja tomat Pak Tani", pikir kancil.
Kancil pun memakan satu tomat. Ternyata segar sekali rasanya. Kancil pun mengambil satu lagi, dan lagi, dan lagi, hingga total lima tomat ludes dilahapnya. "Hmmm hilang sudah hausku", gumam kancil. Ia pun berjalan ringan kembali ke rumahnya.
Malam harinya, kancil bermimpi buruk. Ia mimpi dikejar tomat raksasa. Kancil pun lari tunggang-langgang ketakutan. Kancil terbangun dengan bermandikan peluh.
Esok harinya, Pak Tani yang mengecek ladangnya pun kaget karena lima tomatnya hilang, menyisakan bekas dipetik. Pak Tani pun mencari tahu siapa pelakunya. Pak Tani bertemu banteng. "Hai banteng, apakah kamu tahu siapa yang memetik tomatku?".
"Tidak Pak", jawab banteng.
"Oh baiklah aku akan mencari tahu", sahut Pak Tani.
Pak Tani pun bertemu kodok di jalan. "Hai kodok, tahukah kamu ke mana tomatku raib?", tanya Pak Tani.
"Mmmhh.. Entah Pak. Tapi coba tanya kancil. Dia kan cerdik. Mungkin dia tahu siapa pelakunya".
"Baiklah kodok. Terima kasih sarannya", kata Pak Tani.
Selanjutnya Pak Tani bertemu gajah. Pak Tani pun menanyakan hal yang sama. "Aku tidak tahu. Tapi kemarin kancil kehausan dan meminta air padaku. Sayang aku tak punya", jelas gajah.
Pak Tani pun bertanya-tanya dalam hati, apakah mungkin kancil pelakunya? Atau mungkin kancil tahu siapa yang mengambil tomatnya.
Sampai lah Pak Tani di depan rumah kancil. Ia pun mengetuk pintu. Kancil pun membukanya.
"Oh, Pak Tani, kebetulan sekali, saya mau mengaku. Saya yang memetik tomat", berondong kancil sambil wajahnya memelas.
"Hey tunggu dulu. Dari mana kamu tahu kalau aku hendak bertanya soal tomat? Dan ternyata kamu pelakunya". Pak Tani heran.
"Saya merasa bersalah Pak. Semalah bahkan saya mimpi dikejar tomat raksasa. Saya kapok mengambil barang yang bukan hak saya", ujar kancil penuh penyesalan.
"Baiklah kancil. Aku maafkan kamu asal kamu janji tidak akan mengulangi perbuatan seperti itu karena sama saja dengan mencuri", jawab Pak Tani bijak.
-T A M A T-
Sebenarnya, saat aku mendongengi Bimo, baru sampai kancil mengakui kesalahannya ke Pak Tani. Lagi-lagi tangan Bimo membekap mulutku untuk diam. Ia mulai mengantuk dan tak ingin mendengar suara lain selain menikmati kantuknya hingga lelap. Tapi nggak apa-apa. Besok Mama dongengin yang lain lagi ya Bim!
Comments