How to Lose Weight in 9 Days

Diet? Satu kata itu adalah hal yang nggak pernah bisa saya lakukan. Kenapa? Simpel banget sih. Saya nggak tahan lapar. Apa lagi nahan hasrat untuk ngemil. Saya paling nggak tahan godaan sama yang namanya makanan. Bahkan kalau lagi marah sekali pun, kalau udah disodorin makanan, suka nggak tahan. Sayang aja sama makanan. Masa tega sama makanan yang udah kangen pengen ketemu sama lambung, tapi kita tolak. Itu tuh sama aja kayak cowo yang mau ngapel cewenya, tapi malah ditolak sama bapaknya si cewe. Eh, ok kita balik ke topik utama.

Di saat banyak teman yang berusaha diet demi mengurangi ukuran baju dan celana, saya termasuk yang beruntung. Ukuran saya termasuk stabil. Jadi, nggak ada alasan juga untuk diet. Kalau beberapa teman sedang berkumpul dan membahas jenis diet mulai dari OCD, Mayo sampai Keto dan sederet jenis lainnya, saya suka menyimak. Ikut senang ketika ada teman yang berhasil menurunkan berat badan berkat diet. Tapi meski nggak bisa diet, saya termasuk hobi baca-baca soal diet dan menunya. Alasannya, seru aja. Nambah wawasan. Namun tiba hari itu. Hari yang membuat saya memutuskan mengatur pola makan dan pola hidup.

Setiap orang pasti memiliki beragam pertimbangan, ketika hendak memutuskan pindah tempat kerja. Begitu pula saya. Tapi yang jelas, bagi saya, sebuah zona nyaman adalah ancaman bagi kemajuan diri sendiri. Tiap orang punya target dalam hidupnya. Tiap orang juga berhak menantang dirinya sendiri, untuk "melangkah". Saya pernah gagal beberapa tahun lalu, saat menjalani tes kesehatan di sebuah perusahaan. Kegagalan yang saya tidak pernah tau alasannya. Sempat membuat waswas. Di bagian apa saya gagal? Apakah saya nggak sehat? Oleh karena itu, ketika mendapat kesempatan tes kesehatan lagi di perusahaan yang sama, hal itu menjadi tantangan untuk membuktikan seberapa sehat saya.

Beberapa teman berhasil melalui tes yang sama, dengan mengatur pola makan dan berolah raga. Ok, kalau mereka bisa, kenapa saya nggak. 

Berbekal pengalaman sejumlah orang dan pengetahuan dari hobi baca, mulai lah saya mengatur pola makan. Simpel banget. Intinya makan sehat dan bersih tanpa nasi, garam dan gula. Kenapa tanpa nasi? sebagai karbohidrat, kandungan gula dari nasi tergolong tinggi. Garam pun sifatnya mengikat air di dalam tubuh. Lalu bagaimana dengan minyak? Saya nggak anti sama minyak tapi minyak yang dipakai minyak zaitun sedikit, untuk menumis sayur.


Day 1
Ini penampakan menu di hari pertama. Jagung kukus sebagai sumber karbohidrat. Kentang kukus juga sumber karbohidrat. Kenapa saya bawa jagung dan kentang? Ini untuk makan siang dan malam karena jam kerja saya dimulai siang hingga malam. Brokoli kukus sumber serat. Tomat untuk selingan bersama Kiwi yang dibeli dadakan di Family Mart samping kantor. Untuk asupan protein, pakai sosis. Nggak sehat sih sebenarnya. Tapi cuma itu yang ada di kulkas. Nggak apa-apa lah yaaa untuk hari pertama. Tapi sosisnya ditumis pakai minyak zaitun kok. Sehat. Minyaknya. 


Day 2
Di hari kedua ini mulai beneran sehat makanannya. Ayam ditumis pakai black pepper dan minyak zaitun. Sumber karbohidrat pakai cauliflower rice. Cara membuat cauliflower rice gampang banget. Kembang kol yang dikenal penuh kandungan karbohidrat, dicincang dan ditumis dengan bawang merah cincang sedikit, minyak zaitun sedikit, dan lada putih. Sebenarnya lebih enak kalau ditaburi garam sesuai selera yaaa.. Tapi berhubung ini judulnya Menuju Bodi Keagungan Gal Gadot, apa boleh buat. Tanpa garam. Buncis dikukus saja. Kentang juga dikukus. Biar lebih semarak ngeliatnya, taburi kentang dengan daun basil cincang kering. Kenapa kentangnya sekulit-kulitnya? Konon letak vitaminnya berada tepat di bawah kulitnya. Buahnya, buah naga. Lagi-lagi ini menu dua kali makan yaaa.


Day 3
Ini menu sarapan pagi. Buncis dan daging cincang ditumis pakai minyak zaitun. Ditambah telur mata sapi. Agak berat sih untuk sarapan tapi nggak apa-apa. Sebagai persiapan aktivitas luar ruang hari ini bareng bocil. 

Pasti nggak tertarik deh yaaa lihat foto menu hari ketiga ini. Sama. Saya pun pas makannya rasanya sedih. Ini menu dadakan. Di hari ketiga ini saya libur. Tapi punya tugas menemani bocil main ke Taman Legenda TMII. Menu ini saya bawa untuk bekal makan siang di sana. Pepaya potong, kentang kukus, tempe kukus yang ditaburi black pepper, dan buncis kukus. Jangan tanya rasanya. Menu ini adalah yang paling gagal menurut saya. Kentang dan buncis masih wajar rasanya. Selayaknya kodrat mereka kalau dikukus. Tapi tempe dikukus tanpa bumbu apapun selain black pepper halus adalah kegagalan dalam hal pembangkit selera. To be honest, nggak enak. Hambar banget. Tapi saya berusaha kunyah dan telan. Rasanya pengen langsung telan tapi takut tersedak. Makannya di bawah terik matahari di Taman Legenda, sambil ngeliatin bocil makan french fries itu rasanya sedih. Iri seiri-irinya. Tapi niat saya lebih besar dibandingkan segalanya. Niat lulus tes kesehatan.

Sebagai hadiah karena saya makan siangnya nggak enak, untuk malamnya, saya buat ayam tumis black pepper. Oh what a sweet revenge! Ini enak.


Day 4
Menu hari keempat ini seriously enak. Kentang kukus seperti biasa. Brokoli pun dikukus. Itu yang disebelah brokoli adalah terong panggang. Untung saya termasuk penyuka segala sayur. Terong dipanggang termasuk favorit saya. Rasanya jadi manis. Buahnya pepaya dan jeruk. Sebagai lauk, kali ini saya pilih tuna panggang yang ditaburi black pepper. buat penambah selera, saya bawa cabai bubuk yang plain (bukan boncabe karena boncabe mengandung garam). Kenapa cabai bubuknya diplastikin? karena itu cabai bubuk sisa Yoshinoya dari kapan tau.


Day 5
Makin hari kayaknya saya makin lihai buat bekal makan. Kali ini sumber karbohidrat dari ubi kukus. Proteinnya dari tahu yang saya siksa. Hehehe.. maksudnya dihancurkan dan ditumis dengan bawang merah cincang dan irisan cabai rawit merah serta sedikit irisan daun bawang. Nggak lupa minyak zaitun pastinya. Brokoli kukus I love you, dan buahnya mangga dan apel.


Day 6
Menu hari keenam simpel banget. Jagung dan brokoli dikukus. Ayam ditumis (kali ini lebih kering dari biasanya) pakai black pepper. Buah masih duet mangga dan apel. Oh iya, sejak waktu itu bawa bekal cabai bubuk yang plain, jadi nagih. Saya khusus beli cabai bubuk plain. Selain bawa menu heboh ini, jadinya saya juga jadi bawa botol cabai bubuk. 


Day 7
Di menu hari ketujuh ini, saya nggak nyiapin karbohidrat secara khusus karena menunya sudah ada sayur sop. Kan udah ada kentang di sayur sop. Saya kalap buat sayur sopnya segambreng. Habis itu bingung sendiri bagaimana cara menghabiskan sayur sopnya karena banyak banget tapi rasanya hambar. Ya iya lah hambar. sayur sopnya cuma dicemplungin bawang putih yang digeprek dan black pepper. Protein dari tahu yang kembali saya siksa. Buahnya kali ini apel saja. Ada yang menarik dari hari ketujuh ini. Saya agak cheat. Seorang teman yang kasihan melihat saya makan sop hambar, kasih saran bagaimana kalau saya tambahkan beberapa tetes saja kecap asin. Kebetulan di meja kantor ada kecap asin yang entah siapa yang emninggalkannya di situ. Berhubung saya lemah iman, saya ikut saran teman. Saya tambah beberapa tetes kecap asin. Rasanya? jangan ditanya. Tambah nggak enak. Ahahahahaha... nasiiiibbb...


Day 8

Hari ini kalau nggak salah saya libur deh. Makan siang saya enak banget. Kentang kukus dan salad isi selada, timun, tomat, bawang bombay, dan tuna dengan dressing minyak zaitun, perasan jeruk lemon dan black pepper. Buahnya strawberry. It's heaven. Oh iya, di hari kedelapan diet ini, saya sempat ke lab di Rumah Sakit untuk tes gula darah, kolesterol dan asam urat. Saya ingin tahu aja, kira-kira di tiga poin itu hasil saya bagaimana. Mengingat hari tes kesehatan semakin dekat. Dari semalamnya saya udah nggak makan apa-apa dari jam 9. Kan harus puasa 10 jam sebelum diambil darah. Alhamdulillah hasil tes gula darah, kolesterol dan asam urat baik-baik saja. Tapi bagi saya, asam urat saya mendekati batas atas normal. Mulai lah saya browsing, bahan makanan apa saja yang bisa mengurangi asam urat. Beberapa di antaranya ada di piring makan saya (tomat, timun dan strawberry) karena langsung belanja setelah dari Rumah Sakit. Makan malamnya juga masih menu yang sama.


Day 9
Ini menu sarapan. Telur mata sapi dan alpukat yang ditaburi black pepper

Ini menu makan siang hari kesembilan. Saya penggemar brokoli. Tapi jujur, saya mulai begah makan hambar. Salad kentang kukus yang dipotong kecil-kecil, timun, alpukat dan tomat dengan dressing minyak zaitun dan perasan jeruk lemon dan black pepper. Buahnya as you can see, the famous strawberry, sang musuh asam urat. Menu ini juga untuk makan malam yang tumben, saya nggak berhasil menghabiskan brokolinya.


Terong panggang bertabur black pepper ini, adalah cemilan sehat saya di antara jam makan, yang biasanya saya suka, di hari kesembilan ini sudah mulai bosan juga. Ini juga sebagai ajang menghabiskan stok terong di kulkas. 


Ok, itu tadi menu sembilan hari saya yang semuanya no salt dan no sugar. Apa efeknya di badan? lemas di hari pertama karena tubuh saya kaget. Di hari ketiga saya mulai merasa lemot karena kurang garam. Jadi ingat seorang teman saya yang cantik. Dia pernah diet tanpa garam dan dia juga sempat memberi pengumuman minta maaf buat rekan-rekan kerjanya kalau di suatu hari dia lemot karena sedang tidak mengonsumsi garam. Hal itu ternyata kejadian di saya. Suatu hari saat di pasar, saya sudah di depan penjual buah. Tapi saya nggak bisa menyebutkan apa yang mau saya beli. Blank abis. Penjualnya bingung. Saya juga lebih bingung lagi. Padahal saya mau beli alpukat tapi susahnya minta ampun untuk mengingat apa yang mau saya beli.

Diet saja cukup? Nggak. Saya imbangi dengan olah raga. Supaya tubuh saya nggak tambah syok, saya pilih olah raga jalan kaki. Hari pertama saya cukup jalan kaki 15 menit saja. Itu juga sudah ngos-ngosan, kepala pusing, dan leher sakit. Namanya juga newbie. Hari kedua 30 menit. Berikutnya 45 menit. Selanjutnya sampai seterusnya 1 jam. Rute jalan kaki juga sebisa mungkin saya pilih berbeda-beda setiap harinya. Biar nggak bosan. Banyak hal baru yang saya dapat dengan mencoba banyak rute di sekitar tempat tinggal. Banyak pemandangan baru. Tambah pengalaman. Bahkan saya amazed waktu melintas di depan sebuah rumah yang buka usaha catering, tapi menurut saya di bagian luarnya jorok. Saya juga lewat depan rumah potong ayam yang aromanya wow banget. Intinya seru! Apa lagi olah raga saya berujung ke pasar untuk beli bahan-bahan menu makan sehat. Pasar yang saya singgahi juga berbeda-beda. Ada 2 pasar. Selain jalan kaki, saya melakukan plank dan angkat-angkat kaki sambil tiduran untuk mengecilkan perut. Sarapan seringnya buah atau 2 gelas susu kedelai hangat tanpa gula yang saya beli di pasar.

Pernah cheating nggak? Pernah. Di atas sudah saya sebut kalau saya pernah tetesi sayur sop saya dengan kecap asin. Selain itu, pernah juga pas sampai rumah malam hari sepulang kantor, di rumah ada Tom Yam. Beuuuuhhh... Itu salah satu makanan favorit saya. Dilema melanda. Akhirnya lagi-lagi karena lemah iman dalam hal makanan, saya pun icip beberapa potong tuna dan sepotong jagung (Tom Yam nya fusion gitu) tanpa menenggak kuahnya. Hiks hiks hiks.. Apa lah Tom Yam tanpa kuah.

Makan sehat masih pakai protein ya? Buat saya harus. Ada orang yang bisa cukup dengan makan karbohidrat bersama sayur dan buah. Tapi saya nggak bisa. Tubuh saya masih butuh protein untuk mikir pas kerja. Lagipula ini makan sehat lho ya. Protein kan sehat juga asal diolah dengan baik dan benar. Satu lagi, makan sehat bagi saya harus enak. Enak dari segi rasa, relatif ya. Untung saya termasuk yang masih bisa menerima rasa masakan hambar karena dengan tanpa bumbu pengasin dan pemanis, rasa alami makanan keluar. Enak dari segi tampilan. Nah ini penting. Biar saya tertarik untuk makan. Supaya keindahan dari hasil visual yang ditangkap mata, bisa menstimulus otak dan mensugestinya, bahwa makanan di depan saya itu enak. 

Hasil makan sehat 9 hari se-signifikan apa sih?

So, this is the result, ladies and gentlemen. I proudly said that this is the best I can do. Sebelum makan sehat, berat saya antara 51-52 kilogram. Ok kita bulatkan saja ya berat awal saya 52 kilogram. Dalam 9 hari makan sehat dan rutin olah raga serta tidur sebelum jam 12 malam, berat saya turun 4 kilogram jadi 48 kilogram.

Ini jelas prestasi bagi saya. Dulu awal kuliah tahun 2001 saja, berat saya sudah 50 kilogram. 

Jadi sebenarnya goal-nya apa? Kurus apa sehat? Tujuan utama saya adalah sehat. Bagaimana caranya bisa sehat? Atur pola makan dan olah raga. Nah seiring dengan mengatur pola makan dan olah raga itu lah, tubuh menyusut. Berat jadi turun. Ya saya anggap kurus adalah bonus.

Apa kendala selama 9 hari itu? Nahan keinginan makan ini itu. Apa lagi beberapa kali saya makan bekal saya di kantin bareng teman-teman yang makannya barbar (saya juga barbar biasanya). Gorengan sudah melambai-lambai. Snack sudah bersiul-siul manja. Tapi semua kalah sama niat untuk kasih yang terbaik saat tes kesehatan. Saya nggak mau gagal untuk kedua kalinya. Sakit kak, rasanya gagal anyway

Tiba lah hari tes kesehatan. Sekitar 2 minggu lebih saya menunggu hasilnya. Mulai waswas karena biasanya peserta tes hanya butuh waktu sekitar 3 hari hingga diberi jawaban. Saya kok lama ya? Apa ada yang kurang lagi? Apa ada yang nggak memenuhi standar kesehatan perusahaan? Alhamdulillah kabar baik datang. Saya lulus tanpa ada yang harus diulang tesnya. It was like thousands fireworks in my brain. Ternyata saya sehat. Luruh lah semua pemikiran yang dulu bercokol di kepala saat saya nggak lulus tes kesehatan beberapa tahun silam. "Saya sakit apa sampai nggak lulus?", karena biasanya orang berpenyakit berat lah yang nggak lulus. Biasanya berhubungan dengan gangguan fungsi hati, ginjal dan jantung. Mudah-mudahan dijauhin yaa sama penyakit-penyakit itu. Seorang teman mengingatkan untuk saya coba ingat-ingat lagi, apa yang dulu saya lakukan agar lulus tes. Jawabannya nothing. Saya dulu cuma mengurangi porsi makan karbohidrat. Tapi nggak olahraga. Tidur juga kerap di atas jam 12 malam karena pulang kerja sekitar jam setengah 12 sampai 12 malam. Itu pun nggak bisa langsung tidur. Ya pantas lah kalau hasil tes kesehatan saya jeblok dulu. Terima kasih teramat sangat untuk teman saya itu, yang sudah membantu memotivasi saya untuk bersungguh-sungguh kali ini.

Akhirnya teman-teman saya yang heran selama 9 hari lihat saya rempong bawa bekal segambreng, minum air putih banyak (biasanya juga saya minum air putih banyak. tapi kali ini ditambah lagi dosisnya), paham mengapa semua itu saya lakukan. Mereka heran kenapa saya jadi alim sama makanan kalau ditawari. Saya selalu jawab "ini dalam rangka menuju bodi keagungan Gal Gadot", tiap kali mereka tanya mengapa saya berubah. Ada kisah di balik pemilihan istilah "bodi keagungan". Seorang teman di awal tahun lalu membuat resolusi bahwa Ia akan menyongsong bodi keagungan. Tentu saja yang dimaksud adalah bodi ideal yang ada di benak banyak orang pada umumnya. A body with coke bottle curves. Bak gitar Spanyol. Yah minimal lekuk-lekuknya kentara bagus lah kurang lebih. Kenapa saya pilih Gal Gadot? Hey everybody knows her nowadays. That Wonder Woman is so awesome. Tubuh ideal yang sedang digandrungi nggak hanya kaum adam tetapi juga kaum hawa. Udah beranak dua tapi bodi masih singset set set set.. Siapa yang nggak iri?

Saya ingat pepatah "no pain, no gain" dan "beautiful is pain". But to me, being beautiful and healthy are hard. But those worth to have after big sacrifice. 

Yang perlu saya garis bawahi dari semua pengalaman ini adalah niat. Semua diet yang dijalani akan sia-sia kalau nggak ada niat yang kuat. Niat timbul dari motivasi. Benahi dulu mindset kita sebelum diet. Apa yang mau kita raih dengan diet. Hal itu juga sebagai tantangan bagi saya yang sebelumnya nggak pernah berniat dan nggak mau mencoba diet. Tapi makan sehat dan olah raga adalah candu. Badan saya nagih setelah tes selesai. Jadi agak sayang aja kalau harus makan sembarangan. And I think that's another good point after 9 challenging days.

Akhir paragraf, tulisan ini saya buat sebagai pemenuhan atas janji saya kepada diri sendiri bila saya lulus tes kesehatan. Ini sebagai pengingat khususnya untuk saya pribadi, bahwa apapun yang hendak kita capai, akan sia-sia bila tidak sungguh-sungguh dalam berniat. Kalau orang lain bisa, kenapa saya nggak. Kalau saya bisa, kalian harus bisa juga.

--end--








































Comments

Popular Posts